Sabtu

PKN 5


1. Lagu Indonasia Raya dikumandangkan pertama kali pada tanggal ....
2. Dua kota Jepang yang dibom oleh sekutu adalah ....
3. Sumber hukum dalam pembentukan negara adalah ....
4. Semboyan tiga A yang dipropaganda Jepang hanyalah untuk menarik ....
5. Pangeran Antasari adalah pahlawan dari ....
6. Tiga pahlawan yang ikut memimpin perjuangan melawan penjajah
Belanda adalah ....
7. Perbedaan rodi dan romusha adalah ....
8. Pendapatku tentang semboyan Jepang Gerakan 3A adalah ....
9. Maksud dari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia sebagai
sumber hukum adalah ....
10. Cita-cita dan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah ....


PKN 5

A. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban yang benar!
1. Keikutsertaan rakyat dalam usaha membela negara dalam menjaga keutuhan NKRI dapat
dilakukan melalui bela negara secara fisik dan non fisik. Jelaskan kedua hal tentang bela negara
tersebut!
2. Bagaimanakah isi Pasal 30 Ayat (1) dan (2) UUD 1945?
3. Bagaimana bentuk partisipasi rakyat dalam menjaga keutuhan NKRI?
4. Apa yang dimaksud dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”?
5. Sebutkan hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga persatuan dan kesatuan sebagai upaya
dalam menjaga keutuhan NKRI dalam:
a. lingkungan keluarga,
b. lingkungan sekolah, dan
c. lingkungan masyarakat

PKN 5

A. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban yang benar!
1. Keutuhan wilayah suatu negara sangat menentukan berlangsung tidaknya pemerintahan sebuah
negara. Mengapa demikian? Jelaskan pendapatmu!
2. Jelaskan pentingnya keutuhan NKRI!
3. Sikap apa saja yang harus dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk melindungi keutuhan NKRI?
4. Sebutkan alat pemersatu bangsa Indonesia untuk menjaga keutuhan NKRI!
5. Apa yang dimaksud dengan Nusantara?

PKN 5


A. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban yang benar!
1. Apakah yang dimaksud dengan negara?
2. Bagaimanakah terjadinya Negara Kesatuan Republik Indonesia?
3. Unsur negara secara teoritis terdiri dari unsur konstitutif dan unsur deklaratif. Jelaskan perbedaan
antara kedua unsur tersebut!
4. Sebutkan ciri-ciri suatu bangsa!
5. Sebutkan 5 fungsi yang sesuai dengan negara Indonesia menurut E. Mirriam Budiardjo!

Selasa

Sampah


Aku hanya … sampah
Yang berserakan di pinggir jalan
Aku dikerubungi lalat-lalat
Dan …
Orang melihat aku jijik
Aku … orang
Aku tidak …
… semua
(Yuan MP)
(Bobo, XXXIV 25 Mei 2006)


LEGENDA GUNUNG TANGKUBAN PERAHU


Pada zaman dahulu, ada seorang raja yang tidak mempunyai
anak. Nama raja itu adalah Prabu Barmawijaya. Kerajaannya
terletak di daerah Priangan, Jawa Barat. Ketika sedang berburu,
raja itu ingin buang air kecil. Tanpa disengaja, air seninya
tertampung di dalam tempurung kelapa.
Kemudian, air seni itu diminum oleh seekor babi hutan
betina. Akibatnya, babi itu mengandung. Ia melahirkan anak
wanita yang sangat cantik. Anak itu ditemukan oleh raja ketika
sedang berburu. Dia diangkat sebagai putri. Namanya Dayang
Sumbi.
Setelah dewasa, Dayang Sumbi menyendiri di hutan. Di
tempat itu, dia menenun kain. Ketika sedang menenun, anak
toraknya jatuh masuk kolong. Dia malas untuk
mengambilnya karena letih. Tanpa berpikir ia mengeluarkan
janji. Siapa saja yang dapat memungut torak akan diberi
hadiah. Jika perempuan dijadikan saudara dan jika laki-laki
dijadikan suami. Tumang, anjing kesayangannya berhasil
mengambil torak itu. Akhirnya, Tumang dijadikan suaminya.
Dayang Sumbi dan Tumang mempunyai anak yang
tampan. Namanya Sangkuriang. Namun, Sangkuriang
mengecewakan orang tuanya. Dia membunuh ayahnya.
Akhirnya, Sangkuriang diusir ibunya.
Setelah dewasa, Sangkuriang kembali ke kampung. Ia
bertemu dengan wanita yang sangat cantik. Keduanya jatuh
cinta. Akan tetapi, wanita itu tahu kalau laki-laki itu anaknya.
Wanita itu adalah Dayang Sumbi. Dayang Sumbi tidak mau
menikah. Ia menyuruh Sangkuriang membuat perahu dalam
satu malam. Sangkuriang sangat sakti. Dia akan dapat
melakukan permintaan Dayang Sumbi. Akan tetapi, Dayang
Sumbi berusaha menggagalkannya.
Dayang Sumbi berhasil menggagalkan usaha putranya. Di
tengah malam, Dayang Sumbi menumbuk padi. Itu
membuat ayam-ayam jago di desanya berkokok. Ayam jago
mengira hari sudah pagi. Dayang Sumbi juga membuat fajar
di ufuk timur. Caranya dengan melambai-lambaikan
selembar selendang putih.
Sangkuriang kecewa mengira tugasnya gagal. Ia
menyepak perahu yang hampir selesai itu. Perahu terbalik
dan menimpa dirinya.
(James Danandjaja. . Hal. 79-80. Dengan
pengubahan seperlunya)
Folklor Indonesi



ULANG TAHUNKU DI SEKOLAH


Jam dinding menunjukkan pukul lima pagi.
Aku bangun dan mengambil air wudhu.
Aku salat subuh. Aku memohon kepada Tuhan agar panjang
umur dan murah rejeki.
Aku buru-buru mandi dan memakai seragam sekolah. Ibu
menegurku, “Intan, ini kan masih terlalu pagi?” Aku tidak
peduli kalau hari masih pagi. Aku ingin segera ke sekolah.
Teman-temanku pasti sudah bersiap-siap. Mereka akan
mengucapkan selamat untukku.
Aku berpamitan kepada Ibu dan Ayah. Aku tidak sarapan.
Rasanya perutku tidak lapar. Aku berlari-lari kecil menuju
sekolah. Di sepanjang jalan, aku tersenyum-senyum. Aku
membayangkan kejutan dari teman-teman.
Hari ini adalah
hari ulang tahunku
Di sekolah, teman-temanku tidak peduli. Aku berpikir,
mungkin mereka lupa. Akan tetapi, semua tanggal ulang
tahun masih tertempel di dinding kelas. Apakah mereka tidak
memperhatikan aku? Aku sedih sekali.
Sepanjang pelajaran, aku tidak dapat konsentrasi. Aku
terus memikirkan sikap teman-teman. Bahkan teman
sebangkuku pun tidak peduli. Aku sangat sedih. Ternyata,
mereka tidak ingat hari ulang tahunku.
Bel pulang sekolah berbunyi. Aku memasukkan semua
buku ke dalam tas. Kami berdua pulang. Ketika aku berdiri
hendak keluar kelas, Ani memanggilku. Dia mengajakku ke
lapangan sekolah. Kata Ani jepitnya lepas di lapangan. Dia
memintaku untuk menemani mencari jepitnya yang hilang.
Setelah lama mencari, jepit tidak ditemukan. Kami pun
menghentikan pencarian. Aku hendak pulang. Ani tidak
mengizinkan aku pulang. Ani mengajakku ke kelas. Mungkin
jepit Ani hilang di kelas.
Aku dan Ani membuka pintu kelas. Tiba-tiba, terdengar
lagu selamat ulang tahun. Selain itu, ada kue ulang tahun di
meja guru.
Di kelas sudah ada Bu Sofi, wali kelas kami. Mereka
memberikan ucapan selamat. Aku sangat terharu. Mereka
tidak melupakan aku. Mereka sayang aku. Mereka
memberiku kejutan. Aku telah salah sangka. Aku gembira
sekali.



Pendekar Takut Air

Ozi baru duduk di kelas tiga SD. Di sekolah, ia memilih
pencak silat untuk kegiatan ekstrakurikulernya. Kegiatan itu
diadakan setiap hari Sabtu. Ozi memilih pencak silat karena
ingin badannya sehat dan kuat. Hampir setiap hari Ozi
berlatih di rumah. Saat berlatih, dia sering mengganggu
keluarganya.
Gayanya seperti pendekar dalam film di televisi. Pukul
sana, tendang sini, lompat sana, lompat sini. Rumah
menjadi sepi jika Ozi tidak ada. Ibu tidak berteriak-teriak
lagi. Mbak Ifa bisa membaca buku dengan tenang. Namun,
anehnya, mereka merasa sepi kalau Ozi tidak di rumah.
Ibu, Ayah, dan Ifa sangat menyayangi Ozi. Ia pandai di
sekolah, lucu dan banyak temannya. Akan tetapi, ada satu
kekurangan Ozi. Ia paling malas kalau disuruh mandi. Ozi
selalu punya banyak alasan jika disuruh mandi. Kemalasan
Ozi ini tidak hanya terjadi sore hari. Setiap pagi pun ibu
harus membujuk Ozi untuk mandi. Padahal, Ozi masuk pagi.
Sabtu pagi, Ozi tidak segera mandi. Bangun tidur, ia asyik
bermain mobil-mobilan. Tahu-tahu, waktu sudah
menunjukkan pukul 6.25 WIB. Dengan terburu-buru, Ozi
bersiap-siap ke sekolah. Dia lupa sarapan.
Setiba di sekolah, Ozi langsung ikut latihan silat. Ia
mengikuti gerakan gurunya dengan bersemangat. Lima
menit sudah berlalu. Keringat Ozi bercucuran. Namun, tak
lama kemudian badannya terasa gemetar, lemas, dan
matanya berkunang-kunang. Sesaat kemudian, Ozi pingsan.
Pak Guru membawa Ozi ke ruang guru. Pakaiannya dibuka
dan tubuhnya dibalur minyak kayu putih. Tak berapa lama
kemudian Ozi sadar. Pak Guru memberinya minum teh
hangat.
Lalu, Pak Guru mengantar Ozi pulang. Pak Guru
memberitahu keadaan Ozi kepada ibu. Ibu menjadi sangat
khawatir.

(Bobo, Tahun XXXI, 1 April 2004, dengan pengubahan seperlunya)

Rama Harimau


”Biar saja semut itu mati, lagipula para
semut memang terlalu lemah untuk hidup”,
kata si Loreng dengan sombong.
”Di mana-mana yang kuat akan selalu
dapat bertahan hidup”, lanjutnya.
Namun si Loreng tidak tahu kalau
semut merah itu selamat dan mengadukan
perbuatan si Loreng ke Rama Harimau.
Begitu si Loreng pulang, Rama Harimau
langsung menegurnya dengan sangat keras.
Sumber: Repro KR
Rama Harimau
Di sebuah hutan rimba hiduplah seekor
harimau besar yang dijuluki Rama Harimau.
Rama Harimau terkenal sangat bijaksana
dan baik hati. Meskipun ia dikenal sebagai
hewan yang kuat, tetapi ia tidak sombong
dengan kelebihannya itu. Karena itulah ia
dipilih sebagai pemimpin seluruh binatang
di hutan.
Rama Harimau mempunyai putra
namanya si Loreng. Tidak seperti Rama
Harimau yang terkenal sangat bijaksana dan
juga dikagumi hewan-hewan di hutan, si
Loreng dibenci binatang di hutan. Selain
sangat jahil, dia juga sangat sombong. Sering
si Loreng menindas binatang yang ada di
hutan. Suatu hari si Loreng menemukan
sarang semut merah. Segera sarang semut
itu ia tutup menggunakan batu.
”Maafkan Loreng, Rama. Loreng
berjanji tidak akan mengulangi perbuatan
seperti itu lagi.”
”Rama memaafkan kau, Loreng. Tapi
kau harus dihukum atas kesalahan yang
telah kau lakukan.” kata Rama Harimau. Si
Loreng hanya mengangguk pasrah.
Esoknya, dengan disaksikan seluruh
penghuni hutan, Rama Harimau menghukum
si Loreng. Ia harus masuk ke dalam sebuah
gua dalam waktu tiga hari dan pintu guanya
akan ditutup dengan batu. Rama Harimau
berharap putranya itu dapat merasakan
penderitaan yang pernah dialami semut
merah. Rama Harimau juga berharap agar
putranya dapat mengubah sikap buruknya.
Dengan dihukumnya si Loreng, para
binatang di hutan semakin menghormati
Rama Harimau. Tindakan Rama Harimau
mencerminkan kebijaksanaannya. Meskipun
yang bersalah anaknya sendiri, ia tidak
segan-segan menghukumnya dengan
hukuman setimpal. Setelah menjalani
hukuman, watak si Loreng mulai berubah.
Ia tak lagi sombong dan jahil. Kini ia mulai
meneladani sikap Rama Harimau, ayahnya.

Sumber: Kedaulatan Rakyat

JAKARTA CHARTER ( Piagam Jakarta )


Piagam Jakarta
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa,
dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan,
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan
rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang Negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Atas berkat Rahmat Allah Maha Kuasa dan dengan didorongkan
oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas,
maka rakyat Indonesia dengan menyatakan kemerdekaanya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan
Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan Indonesia
itu dalam suatu hukum dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam
suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

PKN E62



A. Pilihlah satu jawaban yang benar!
1. Organisasi perdagangan sedunia disebut ....
a. WTO
b. WHO
c. FAO
d. ILO
2. Landasan politik luar negeri Indonesia adalah ....
a. undang-undang
c. Tap. MPR
b. Pancasila
d. keputusan presiden
3. Kedutaan Besar Republik Indonesia dipimpin oleh ....
a. atase
b. konjen
c. Menteri Luar negeri
d. duta besar
Pelatihan
Peran Indonesia dalam Era Globalisasi
4. Konsulat jenderal dipimpin oleh ....
a. atase perdagangan
b. atase teknik
c. konsul
d. atase pertahanan
5. Dalam mengangkat duta besar, presiden memperhatikan pertimbangan ....
a. Menteri Luar Negeri
b. DPR
c. MPR
d. Menteri Dalam Negeri
6. Penggagas Konfererensi Asia Afrika 1955 adalah ....
a. Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo
b Perdana Menteri Mohammad Ali Jinnah
c. Perdana Menteri U Nu
d. Perdana Menteri Pandith Jawaharlal Nehru
7. Negara yang diundang dalam Konferensi Asia Afrika pada tanggal 18
April 1955 adalah ....
a. 28 negara
b. 30 negara
c. 29 negara
d. 31 negara
8. KTT GNB I dilaksanakan di kota ....
a. Jakarta
b. Beograd
c. New Delhi
d. Kolombo
9. Pasukan penjaga perdamaian Indonesia yang bertugas di bawah komando
PBB disebut ....
a. pasukan Marinir
b. pasukan RPKAD
c. pasukan Garuda
d. pasukan Brimob
10. Hubungan luar negeri yang melibatkan banyak negara disebut ...
a. lokal
b. regional
c. nasional
d. multilateral

Kelas E64


Isilah dengan jawaban yang benar!
1. Kebijakan suatu negara untuk mengatur hubungan luar negeri disebut ….
2. Politik luar negeri ditujukan untuk kepentingan ….
3. Politik luar negeri Indonesia adalah ….
4. Duta besar diangkat oleh ….
5. Dalam menjalankan tugasnya, diplomat dikoordinasikan oleh ….

Kelas E63


Jawablah dengan singkat dan benar!
1. Apakah yang dimaksud politik luar negeri?
2. Mengapa politik luar negeri Indonesia bebas aktif?
3. Sebutkan landasan politik luar negeri Indonesia!
4. Berupa apa saja perwakilan Indonesia di luar negeri?
5. Sebutkan contoh peranan politik luar negeri Indonesia dalam bidang politik!

Kelas E62


Jawablah dengan benar!
1. Apakah yang dimaksud politik luar negeri Indonesia bebas aktif!
2. Berilah contoh peran Indonesia di lingkungan negara-negara Asia Tenggara!
3. Sebutkan secara lengkap anggota ASEAN sekarang ini!
4. Berilah contoh kekebalan diplomatik!
5. Berilah contoh peranan politik luar negeri Indonesia dalam percaturan
internasional

PKN E61


Isilah dengan jawaban yang benar!
1. Para diplomat dikoordinasi oleh Departemen ….
2. Hubungan luar negeri yang melibatkan dua negera disebut ….
3. Pelaksana kebijakan luar negeri disebut sebagai ….
4. “Presiden mengangkat duta dan konsul.” Kalimat tersebut terdapat dalam
UUD 1945 Pasal … Ayat ….
5. Landasan konstitusional politik luar negeri Indonesia terdapat dalam ….
6. “Jakarta Informal Meeting” merupakan upaya Indonesia dalam menyelesaikan
masalah ….
7. ASEAN merupakan kerja sama negara-negara di kawasan ….
8. Bahasa nasional Filipina adalah ….
9. Menteri Luar Negeri Malaysia yang ikut menandatangani Deklarasi
Bangkok adalah ….
10. Lambang ASEAN adalah ….

Kelas PG61


A. Pilihlah jawaban yang benar!
1. Berdirinya ASEAN ditandai dengan ditandatanganinya ….
a. Deklarasi Jakarta c. Deklarasi Manila
b. Deklarsai Bangkok d. Deklarasi Kuala Lumpur
2. Tukar-menukar misi kesenian dalam ASEAN merupakan kerja sama
dalam bidang ….
a. politik c. kebudayaan
b. ekonomi d. keamanan
3. Sekretariat Tetap ASEAN berada di ….
a. Jakarta c. Manila
b. Bangkok d. Bandar Sri Begawan
4. Pada tahun 1967 jumlah anggota ASEAN adalah ….
a. 4 negara c. 6 negara
b. 5 negara d. 7 negara
5. Negara anggota ASEAN yang tidak mengalami penjajahan bangsa Barat
adalah ….
a. Indonesia c. Brunei Darussalam
b. Malaysia d. Thailand
6. Ibu kota negara Myanmar adalah ….
a. Bangkok c. Yangon
b. Phnom Pen d. Vientiane
7. Mata uang negara Laos adalah ….
a. dong c. new kip
b. kyat d. riel
8. Sekjen ASEAN yang pertama berasal dari negara ….
a. Indonesia c. Malaysia
b. Filipina d. Singapura
9. Menteri Luar Negeri Indonesia yang menandatangani Deklarasi Bangkok
adalah ….
a. Mochtar Kusumaatmaja c. Ali Alatas
b. Adam Malik d. Hasan Wirayudha
10. Peran Indonesia di lingkungan negara-negara ASEAN adalah ….
a. sebagai pemprakarsa berdirinya Gerakan Nonblok
b. sebagai pemprakarsa terbentuknya ASEAN
c. sebagai pemprakarsa terbentuknya APEC
d. sebagai pemprakarsa terbentuknya OPEC
11. Bentuk negara Thailand adalah ….
a. kerajaan c. republik
b. kesatuan d. serikat
12. Kepala pemerintahan negara Filipina adalah ….
a. raja c. perdana menteri
b. ratu d. presiden
13. Perhatikan tabel berikut ini!
Berdasarkan tabel di atas negara-negara anggota ASEAN yang berbentuk
kerajaan adalah ….
a. 1, 2, dan 3 c. 2, 3, dan 5
b. 2, 3, dan 4 d. 3, 4, dan 5
14. Memajukan perdagangan di lingkungan ASEAN termasuk kerja sama
dalam bidang ….
a. ekonomi c. politik
b. sosial d. budaya
15. Brunei Darussalam bergabung sebagai anggota ASEAN yang ….
a. ke-9 c. ke-7
b. ke-8 d. ke-6
16. Arah kebijakan suatu negara untuk mengatur hubungan luar negeri
disebut ….
a. politik luar negeri c. politik dalam negeri
b. politik ekonomi d. politik ideologi
17. Politik luar negeri Indonesia bebas aktif. Bebas, artinya ….
a. bebas memilih salah satu blok
b. tidak memihak salah satu blok
c. bisa menjalin hubungan dengan negara lain
d. dapat mencampuri urusan dalam negeri negara lain
18. Indonesia pernah menjadi tuan rumah KKT Nonblok pada tahun ….
a. 1990 c. 1992
b. 1991 d. 1993
19. Politik luar negeri Indonesia diabdikan untuk kepentingan ….
a. pribadi c. pejabat pemerintah
b. Departemen Luar Negeri d. nasional
20. Duta besar diangkat oleh ….
a. presiden c. DPR
b. Menteri Luar Negeri d. Departemen Luar Negeri
21. Untuk menjaga perdamaian di negara yang sedang mengalami konflik,
Indonesia mengirim….
a. pasukan antihuru-hara c. pasukan berani mati
b. pasukan Garuda d. pasukan tempur
22. Pertukaran perwakilan diplomatik merupakan kerja sama dalam bidang
….
a. ekonomi c. politik
b. sosial d. pertahanan
23. Konsulat dipimpin oleh seorang ….
a. konsul c. duta besar
b. atase d. konsulat jenderal
24. Konferensi Asia Afrika 1955 diselenggarakan di kota ….
a. Jakarta c. Bandung
b. Bogor d. Cirebon
25. Atase pertahanan melaksanakan tugas dalam bidang ….
a. politik c. perdagangan
b. pendidikan d. pertahanan

Senin

Teks Wawancara Kelas 5


Penari
Rudi & Mira : “Selamat sore Ita. Wah, asyik sekali lenggak-lenggok
mengikuti irama!”
Ita : “Sore ….“ (sembari mematikan tape)”Tumben, jam-jam
begini kalian kemari. Biasanya, kan, jika penting saja?”
Mira : “Jelas, dong. Kamu bisa menebak maksud kedatangan
kami”.
Rudi : “Iya coba tebak, kamu sekarang, kan, beda.”
Ita: “Udah ah! Ada apa, sih? Penasaran, nih.”
Rud i : “Begini, Ta, kami siswa-siswi kelas V SD Harapan 02
ingin mengikuti jejakmu supaya berhasil meraih prestasi
yang bagus dalam bidang seni, khususnya tari.”
Mira : “Apa kiatmu meraih sukses, Ta?”
Ita : “Wuiih, kayak selebritis aja. Aku jadi malu, nih!
Kuncinya jawaban pertanyaanmu sudah ada di hati kita
masing-masing. Antara lain kemauan, ketekunan,
kesungguhan, dan kedisiplinan dalam berlatih. Yang lebih
penting lagi, kita jangan mendadak latihan saat menjelang
lomba. Sebaiknya, latihan rutin telah dijadwal baik ada
lomba atau tidak ada lomba.”
Rud i : “Jika menjelang lomba, apakah jadwal latihanmu tidak
ditambah?”
Mira : “Iya, Ta. Biasanya latihan ditambah, bukan begitu?”
Ita : “Benar Rud, Mir. Tetapi penambahan jadwal latihan
menjelang lomba tidak terlalu banyak. Jika tidak
diperhitungkan, bisa-bisa kita kecapaian dan sakit. Gagal
deh, nggak jadi ikut lomba, ya, kan?”
Rudi : “Nah, benar, kan, apa yang kubilang tadi? Ita sekarang
beda!”
Ita : “Ah, kamu Rud. Ya nggaklah!”
Mira : “Bener Ta, dulu kamu kan pemalu dan gampang nangis
alias cengeng. E.. e... nggak tahunya sekarang jadi penari
terkenal, pinter lagi.”
Ita : “Makasih ......... amiiin. Lagi-lagi aku tersanjung, nih!”
Rudi : “Oh ya, Ta. Apakah ada pantangan khusus yang bisa
menyebabkan kegagalan jika dilanggar?”
Ita : “Kalau makanan, pokoknya makan makanan yang bergizi.
Soal waktu latihan, ya diatur supaya pelajaran lain juga
kebagian. Dan yang tidak kalah penting yaitu harus
menguasai kemampuan dasar.”
Rudi : “Oh, ya . Kemampuan dasar harus dikuasai dulu ”
Ita : “Iyyaa, Rud. Iih, Rudi ........... kayak reporter aja!”
Rudi : “terimakasih juga, Ta, atas informasi dan kuenya.”
Mira : “Terimakasih ya, Ta. Kami mohon pamit, PR di rumah
sudah menanti dan tugas-tugas yang lain juga banyak.”
Ita : “Sama-sama, hati-hati di jalan yaaa ....................”
mengenai waktu dan tempatnya.

Bahasa Sunda 1b


Rencara Pelaksanaan Pembelajaran ( 2 )

Mata Pelajaran : Bahasa Sunda
Kelas / Semester : 5 ( lima ) / 1
Pertemuan ke : 1 dan 2
Alokasi Waktu : 4 x 35


Standar Kompetensi :

5.2. Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara lisan mengangapi suatu persoalan, berwawancara, mendeskripsikan benda atau alat, menyampaikan pendapat, menyimpulkan isi dialog, memerankan drama pendek.

Kompetensi Dasar

5.2.1.Menaggapi suatu persoalan atau peristiwa.


Indikator

Ngajelaskeun masalah atawa kajadian di sakola ku basa nu puguh entep seureuhna
• Nyieun tanggapan kana eta pasualan/ kajadian.
• Mere saran atawa komentar dibarengan ku merhatikeun alesan nu kaharti ku akal.


Tujuan Pembelajaran

Siswa dapat :
Menjelaskan masalah atau peristiwa yang terjadi di sekolah.
• Membuat tanggapan terhadap suatu masalah atau peristiwa.
• Memberikan saran terhadap kejadian tersebut dengan alasan yang masuk di akal.


Materi Pokok

• Kajadian di sakola.

Metoda Pembelajaran

Ceramah.
• Tanya jawab
• Pemberian tugas


Langkah-langkah Pembelajaran

A. Kegiatan Awal.
• Berdoa, mempersiapkan, materi ajar.
• Memeriksa Pekerjaan Rumah..
• Apersepsi.

B. Kegiatan Inti
• Maca atawa merhatikeun hiji pasualan/ kajadian.
• Ngajelaskeun pasualan/ kajadian ku basa nu runtut.
• Nyieun Tanggapan kana eta kajadian atawa pasualan.
• Mere saran jeung solusi kana eta kajadian.
• Ngomentaran kana saran nu diajukeun babaturan.

C. Kegiatan Akhir.
• Membuat kesimpulan dari materi yang telah disampaikan.
• Memberikan penilaian dan pemberian PR.

Alat dan Sumber

• Tek wacana.
• Buku paket penerbit geger sunten.

Penilaian

Teknik : Tes lisan
Bentuk : Kinerja


Bahasa Sunda 1a


Rencara Pelaksanaan Pembelajaran ( 1 )

Mata Pelajaran : Bahasa Sunda
Kelas / Semester : 5 ( lima ) / 1
Pertemuan ke : 1 sampai dengan 4
Alokasi Waktu : 8 x 35


Standar Kompetensi :

5.1. Mampu menyimak, memahami dan menanggapi berbagai berbagai jenis wacana lisan yang berupa penjelasan dari narasumber, pesan melalui telepon dan membaca cerita pendek.

Kompetensi Dasar

5.1.1.Menyimak penjelasan dari narasumber.
5.1.2 Menyimak pesan lewat tatap muka atau telepon dan mencatat pesan.

Indikator

• Nuliskeun pokok-pokok caritaan sumber.
• Nyieun pertanyaan anu larap jeung poko-poko caritaan.
• Nyieun tanggapan kana eusi katerangan nara sumber jeung merhatikeun tata basa nu digunakaeun .
• Nuliskeun hal pokok tina pesen anu ditepikeun.
• Nyieun tanggapan kana eusi kalimah.
• Nepikeun deui pesen/ amanat secar lisan.

Tujuan Pembelajaran

Siswa dapat :
• Menuliskan hal-hal pokok cerita dari narasumber.
• Membuat pertanyaan yang sesuai dengan pokok cerita.
• Membuat tanggapan terhadap keterangan narasumber.
• Mencatat dan menyampaikan pesan yang diterima.

Materi Pokok

• Keterangan narasumber.
• Ngaregepkeun pesen telepon.

Metoda Pembelajaran

• Demontrasi.
• Ceramah.
• Pemberian tugas


Langkah-langkah Pembelajaran

A. Kegiatan Awal.
• Berdoa, mempersiapkan, materi ajar.
• Mengatur tempat duduk anak.
• Apersepsi.

B. Kegiatan Inti
• Ngaregepkeun katerangan narasumber.
• Nyatetkeun poko-poko caritaan narasumber.
• Ngajukeun pertanyaan anu larap jeung poko-poko caritaan narasumber.
• Mere tanggapan kana katerangan narasumber.
• Maca paguneman dina telepon anu eusina nepikeun talatah.
• Nuliskeun hal-hal pokok tina eta pesen.
• Nyieun rangkuman tina eta paguneman kalawan basa nu bener.

C. Kegiatan Akhir.
• Membuat kesimpulan dari materi yang telah disampaikan.
• Memberikan penilaian dan pemberian PR.

Alat dan Sumber

• Kaset
Telepon.
• Nara sumber
• Buku paket penerbit geger sunten.

Penilaian

Teknik : Tertulis.
Bentuk : Eusian
Isian.


Bahasa Sunda 2a


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Mata Pelajaran : Basa Sunda
Kelas/ Semester : 5 (lima) / II (dua)
Pertemuan Ke : 3-4
Alokasi Waktu : 4 X 35 menit
• Standar Kompetensi : Mampu menyimak, memahami serta menanggapi berbagai jenis wacana lisan yang berupa penjelasan narasumber, pesan melalui telefon, dan pembacaan cerita pendek.
I. Kompetensi Dasar : Menyimak pembacaan cerita pendek
II. Indikator :
Ngaregepkeun hiji carita pondok nu keur dibaca
Nerangkeun eusina carita pondok
Nyebutkeun rupa-rupa ngaran sato atawa barang anu luyu jeung gambar
Nyaritakeun deui carita pondok make basa sorangan
III. Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat menyimak cerita pendek
IV. Materi Ajar : Cerita pendek
V. Metode Pembelajaran : ceramah, tanya jawab, latihan, penugasan,
VI. Langkah-Langkah Pembelajaran :
Kegiatan Awal
Mengadakan apersepsi dengan mengabsen siswa, kemudian menyanyikan salah satu pupuh.
Untuk membangkitkan motivasi belajar, siswa membaca wacana.
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi pembelajaran.
Kegiatan Inti
Siswa ngaregepkeun hiji carita pondok nu keur dibaca dina jero kagiatan ceramah jeung tanya jawab.
Siswa nerangkeun eusina carita pondok dina jero kagiatan ceramah jeung latihan.
Siswa nyebutkeun rupa-rupa ngaran sato atawa barang anu luyu jeung gambar dina jero kagiatan ceramah jeung panugasan.
Siswa nyaritakeun deui carita pondok make basa sorangan dina jero kagiatan ceramah jeung panugasan.
Kegiatan Akhir
Siswa dan guru mengadakan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
Siswa diberi tugas untuk mendengarkan cerita pendek yang lainnya sebagai tindak lanjut.
VII. Alat/Bahan/Sumber Belajar : Buku basa Sunda Kelas 4, Piwulang Basa, Cerita pendek, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Balai Pengembangan Bahasa Daerah.
VIII. Penilaian
Teknik
tes dan non-tes
Bentuk
pilihan ganda, isian, dan essay

Instrumen
Cobi regepkeun hiji carita pondok nu keur dibaca !
Terangkeun eusina carita pondok eta !
Sebutkeun rupa-rupa ngaran sato atawa barang anu luyu jeung gambar !
Caritakeun deui carita pondok make basa sorangan !




Bahasa Sunda 2b


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Basa Sunda
Kelas/ Semester : 5 (lima) / II (dua)
Pertemuan Ke : 1-2
Alokasi Waktu : 4 X 35 menit
• Standar Kompetensi : Mampu membaca, memahami serta menanggapi berbagai bentuk dan jenis wacana tulis (teks) dengan membaca intensif, membaca puisi, dan membacakan dongeng.
I. Kompetensi Dasar : Membaca dalam hati (maca jero hate)
II. Indikator :
Maca dina jero hate wacana sempalan tina novel bari tuluy diilo
Nyangkeum eusi wacana
Ngajawab pananya anu aya patalina jeung wacana
Nyaritakeun eusi wacana ku basa sorangan
III. Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat membaca dalam hati
IV. Materi Ajar : Membaca dalam hati
V. Metode Pembelajaran : ceramah, tanya jawab, latihan, penugasan,
VI. Langkah-Langkah Pembelajaran :
Kegiatan Awal
Mengadakan apersepsi dengan mengabsen siswa, kemudian menyanyikan salah satu pupuh.
Untuk membangkitkan motivasi belajar, siswa membaca wacana.
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi pembelajaran.
Kegiatan Inti
Siswa maca dina jero hate wacana sempalan tina novel bari tuluy diilo dina jero kagiatan ceramah jeung latihan.
Siswa nyangkeum eusi wacana dina jero kagiatan latihan jeung panugasan.
Siswa ngajawab pananya anu aya patalina jeung wacana dina jero kagiatan tanya jawab jeung latihan.
Siswa nyaritakeun eusi wacana ku basa sorangan dina jero kagiatan ceramah jeung panugasan.
Kegiatan Akhir
Siswa dan guru mengadakan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
Siswa diberi tugas untuk membaca wacana lain dalam hati sebagai tindak lanjut kegiatan.
VII. Alat/Bahan/Sumber Belajar : Buku basa Sunda Kelas 4, Piwulang Basa, Wacana, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Balai Pengembangan Bahasa Daerah.
VIII. Penilaian
Teknik
tes dan non-tes
Bentuk
pilihan ganda, isian, dan essay
Instrumen
Baca dina jero hate wacana sempalan tina novel bari tuluy diilo !
Coba cangkeumkeun eusi wacana !
Jawab pananya anu aya patalina jeung wacana !
Caritakeun eusi wacana ku basa sorangan !



Minggu

Harun Yahya


"Harun Yahya",nama aslinya adalah "Adnan Oktar",Ia dilahirkan pada tahun 1956 di Ankara,"Turki". Ia adalah salah "seorang penulis"dan "tokoh terkemuka" Turki dalam kreasionisme.dan Ia merupakan penentang "teori evolusi",sebab"teori darwin"/Darwinisme dianggapnya sebagai "sumber terorisme".Ia juga adalah seorang "anti zionis" dan "anti mason", yang dianggapnya sebagai dua gerakan yang saling terkait.ia mengklaim bahwa paham tersebut berakar pada kekafiran dan Darwinisme, Ia juga dianggap sebagai seorang penyangkal "Holocaust"(kasus pembantaian yahudi oleh Nazi/hitler),berdasarkan bukunya Soykırım Yalanı ("Kebohongan Holocaust")Oktar telah menulis banyak buku dengan menggunakan "nama pena Harun Yahya".yang isinya menentang "teori evolusi Charles Darwin". Ia berpendapat bahwa evolusi secara langsung berkaitan dengan kejahatan-kejahatan materialisme, Naziisme dan komunisme.Ia juga telah menerbitkan berbagai tulisan tentang "Zionisme" dan "Freemasonry", dan menuduh "kaum Zionis" melakukan "rasisme" dan menegaskan bahwa Zionisme dan Freemasonry telah menimbulkan banyak pengaruh negatif terhadap "sejarah dan politik dunia".ia telah menulis lebih dari 100 "buku" yang mengungkapkan moral Al Qur'an dan masalah-masalah yang berkaitan dengan iman. Ratusan buku konon ditulis oleh Oktar sendiri.dan Banyak dari karya Oktar telah atau sedang diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti,bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Rusia, Spanyol, Arab, Portugis, Albania, Serbo-Kroasia, Bosnia, Polandia, Urdu, Indonesia, Kazakh,Melayu, Bengali dll.Karya tulisnya telah dipublikasikan secara luas ke seluruh dunia


WS Rendra


AKU TULIS PAMPLET INI
Oleh :
W.S. Rendra



Aku tulis pamplet ini
karena lembaga pendapat umum
ditutupi jaring labah-labah
Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk,
dan ungkapan diri ditekan
menjadi peng - iya - an
Apa yang terpegang hari ini
bisa luput besok pagi
Ketidakpastian merajalela.
Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki
menjadi marabahaya
menjadi isi kebon binatang

Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam
Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.
Tidak mengandung perdebatan
Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan

Aku tulis pamplet ini
karena pamplet bukan tabu bagi penyair
Aku inginkan merpati pos.
Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku
Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.

Aku tidak melihat alasan
kenapa harus diam tertekan dan termangu.
Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar.
Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.

Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ?
Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan.
Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.

Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api.
Rembulan memberi mimpi pada dendam.
Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah

yang teronggok bagai sampah
Kegamangan. Kecurigaan.
Ketakutan.
Kelesuan.

Aku tulis pamplet ini
karena kawan dan lawan adalah saudara
Di dalam alam masih ada cahaya.
Matahari yang tenggelam diganti rembulan.
Lalu besok pagi pasti terbit kembali.
Dan di dalam air lumpur kehidupan,
aku melihat bagai terkaca :
ternyata kita, toh, manusia !

Pejambon Jakarta 27 April 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi



WS Rendra


TAHANAN
Oleh :
W.S. Rendra



Atas ranjang batu
tubuhnya panjang
bukit barisan tanpa bulan
kabur dan liat
dengan mata sepikan terali
Di lorong-lorong
jantung matanya
para pemuda bertangan merah
serdadu-serdadu Belanda rebah

Di mulutnya menetes
lewat mimpi
darah di cawan tembikar
dijelmakan satu senyum
barat di perut gunung
(Para pemuda bertangan merah
adik lelaki neruskan dendam)

Dini hari bernyanyi
di luar dirinya
Anak lonceng
menggeliat enam kali
di perut ibunya
Mendadak
dipejamkan matanya

Sipir memutar kunci selnya
dan berkata
-He, pemberontak
hari yang berikut bukan milikmu !

Diseret di muka peleton algojo
ia meludah
tapi tak dikatakannya
-Semalam kucicip sudah
betapa lezatnya madu darah.

Dan tak pernah didengarnya
enam pucuk senapan
meletus bersama



Kisah
Th VI, No 11
Nopember

Nabi Yusuf Alaihissalam


Putra tersayang Nabi Ya’qub Alaihissalam

Nabi Yusuf Alaihissalam adalah salah satu dari 12 orang putra Nabi Ya’qub Alaihissalam. Rasa sayang Ya’qub yang berlebihan terhadapnya membuat saudara-saudaranya menjadi iri hati terhadapnya. Lebih dari itu, wajah Yusuf pun jauh lebih tampan dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain.

Suatu hari Yusuf bermimpi tentang 11 bintang, matahari dan bulan, turun dari langit dan bersujud di depannya. Ia menceritakan mimpinya ini kepada ayahnya. Ya’qub sangat gembira mendengar cerita itu dan menyatakan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan memberikan kemuliaan, ilmu, dan kenikmatan hidup yang mewah bagi putranya.

Saudara-saudara Yusuf membinasakan Yusuf

Saudara-saudara Yusuf merasa iri hati atas kelebihan kasih sayang yang dicurahkan ayah mereka kepada Yusuf dan adiknya, Bunyamin. Mereka merencanakan persekongkolan untuk membinasakan Yusuf. Salah satu dari mereka menyarankan agar jangan membunuhnya, tetapi membuangnya jauh-jauh ke dalam sumur, agar ia tidak bisa kembali kepada ayahnya.

Yusuf kecil diajak bermain-main oleh kakak-kakaknya, setelah mereka berhasil membujuk ayahnya untuk mengizinkan mereka membawa Yusuf. Saat itulah mereka melaksanakan niat jahat mereka untuk menyingkirkan Yusuf. Ketika sampai di suatu tempat, mereka menceburkan Yusuf ke dalam sebuah sumur yang dalam. Baju Yusuf dikoyak-koyak dan dilumuri darah kambing. Kemudian dengan wajah sedih mereka menyampaikan berita pada ayah mereka bahwa Yusuf telah tewas dimakan serigala.

Kisah mimpi Nabi Yusuf Alaihissalam dan perbuatan saudara-saudaranya ini terdapat dalam Al Qur’an surat Yûsuf: 4-21.

Kisah Yusuf dan Zulaikha

Tanpa sepengetahuan saudara-saudaranya, Yusuf ditolong oleh seorang kafilah yang lewat di tempat itu. Ia kemudian dibawa ke Mesir untuk dijual sebagai budak hingga akhirnya dibeli oleh keluarga pembesar Mesir yang bernama Kitfir. Wajah Yusuf yang sangat tampan itu membuat istri pembesar yang bernama Zulaikha terpikat. Suatu ketika pada saat suaminya tidak ada di rumah, Zulaikha mengajak Yusuf untuk berbuat tidak senonoh, akan tetapi Yusuf menolak ajakan tsb sehingga terjadilah ketegangan. Sementara kejadian itu berlangsung, suami Zulaikha datang dan Zulaikha memutarbalikkan fakta dengan mengatakan bahwa Yusuf telah berlaku tidak senonoh terhadapnya. Pembesar itu sangat murka, namun belum sempat ia berbuat sesuatu terhadap Yusuf tiba-tiba bayi yang ada di sekitar tempat itu berbicara dengan fasihnya. Bayi itu mengatakan bahwa jika kemeja Yusuf robek di bagian depan maka Yusuflah yang bersalah, tetapi kalau kemejanya robek di bagian belakang, maka Zulaikha yang bersalah. Setelah pembesar itu memeriksa, ternyata yang robek adalah kemeja bagian belakang Yusuf. Dengan demikian Yusuf pun selamat.

Cerita tsb kemudian menyebar ke masyarakat luas. Zulaikha yang merasa malu karena menjadi pembicaraan orang lalu mengundang istri-istri para pembesar Mesir ke rumahnya. Mereka diberinya makanan yang enak-enak serta masing-masing diberi sebilah pisau untuk mengupas buah. Ketika mereka sibuk mengupas buah, Zulaikha menyuruh Yusuf keluar. Ketika melihat wajah Yusuf, saking terpesonanya tanpa sadar para wanita itu mengiris jari-jari tangan mereka sendiri. Kini mereka mengerti mengapa Zulaikha begitu terpikat pada Yusuf. Sebagian dari mereka menyarankan Yusuf untuk menerima keinginan Zulaikha, lagipula Zulaikha sendiri adalah wanita yang sangat cantik.

Mendengar itu, Nabi Yusuf Alaihissalam berdoa agar tetap diberi keteguhan iman. Akhirnya, atas permintaan Zulaikha yang merasa terhina, Yusuf Alaihissalam dimasukkan ke dalam penjara.

Kisah ini terdapat dalam surat Yûsuf: 22-35.

Kecerdasan Yusuf menafsirkan mimpi

Nabi Yusuf Alaihissalam dikaruniai oleh Allah kemampuan untuk menafsirkan mimpi. Saat Yusuf Alaihissalam di penjara, suatu hari dua orang teman sepenjaranya bercerita padanya tentang mimpi mereka. yang pertama adalah kepala tukang pembuat minuman bernama Nabu, bermimpi bahwa ia melihat dirinya memeras anggur untuk membuat arak. Orang kedua adalah kepala tukang roti bernama Malhab, bermimpi bahwa ia melihat dirinya memikul roti di atas kepalanya, yang mana kepalanya itu dimakan oleh burung-burung.

Yusuf pun menafsirkan mimpi mereka, ia berkata kepada kedua orang itu, “Wahai engkau kepala tukang minuman, bergembiralah, engkau akan memberi minum tuanmu dengan khamar, yang berarti engkau akan dibebaskan lantaran engkau tidak terbukti terlibat persekongkolan melawan raja.
Adapun engkau hai kepala tukang roti, maafkan aku dengan terpaksa aku mengatakan bahwa engkau akan dihukum mati dengan cara disalib, dan burung-burung akan memakan sebagian kepalamu, karena engkau terbukti terlibat persekongkolan melawan raja.
Demikian putusan Allah sebagaimana yang aku terangkan, dan itu pasti terjadi karena aku tidak berbicara sembarangan melainkan apa yang telah diilhamkan Tuhanku kepadaku dalam menafsirkan mimpi kalian berdua.”

Semua yang diramalkan Yusuf benar-benar terjadi, dan kepala minuman akhirnya menerima kebebasannya. Saat ia akan keluar, Yusuf berpesan padanya agar ia menceritakan kepada raja perihal keadaan dirinya. Ia ingin raja meninjau kembali keputusannya karena sesungguhnya ia tidak bersalah. Akan tetapi karena terlalu gembiranya tukang minuman itu sehingga ia lupa menyampaikan pesan Yusuf pada raja, dan mengakibatkan Yusuf harus tinggal di penjara beberapa tahun lagi.

Kemampuan Nabi Yusuf Alaihissalam dalam menafsirkan mimpi kedua rekannya ini diceritakan dalam Al-Qur’an surat Yûsuf: 36-42.

Mimpi Raja

Pada suatu hari, raja mengalami mimpi yang sangat menggelisahkan dan menakutkan dirinya. Ia lalu mengumpulkan dukun-dukun dan orang-orang pintar untuk meminta mereka menafsirkan mimpinya. Ia berkata, “Sesungguhnya aku telah bermimpi melihat 7 ekor sapi gemuk dimakan oleh 7 ekor sapi kurus, dan aku bermimpi pula melihat 7 batang gandum hijau dan 7 batang gandum kering, maka terangkanlah takwil mimpi itu jika kalian mampu menafsirkannya.”

Orang-orang yang ada di situ terkejut mendengar mimpi raja ini. Mereka merasa bingung dan memberikan jawaban yang tidak memuaskan dengan mengatakan bahwa mimpi itu tidak bisa ditafsirkan karena ia hanya berupa impian yang kacau dari raja dan tidak memiliki makna apa-apa, disamping mereka sebenarnya memang tidak memiliki pengetahuan perihal penafsiran mimpi.

Saat itu kepala tukang minuman mendengar mimpi raja dan jawaban dari para dukun dan orang-orang pintar itu. Ia pun teringat kembali pada Yusuf. Segera berkata ia pada hadirin yang ada di ruangan itu, “Aku sanggup memberitahu kalian tentang arti dari mimpi ini, karena di dalam penjara ada seorang pemuda bernama Yusuf. Aku dan kepala tukang roti pernah ditahan bersamanya. Kami pernah bermimpi dan telah diterangkan oleh Yusuf dan terbukti kebenarannya. Apabila paduka setuju mengirimkan aku kepada Yusuf, maka aku akan membawa penafsiran dari mimpi ini.”

Akhirnya diutuslah kepala tukang minuman itu kepada Yusuf. Setelah berbincang-bincang dengan Yusuf dan menceritakan sebab-sebab kealpaannya terhadap pesan Yusuf, ia pun mengutarakan maksud kedatangannya.

“Hai Yusuf yang berkata benar, terangkanlah arti mimpi berikut: 7 ekor sapi gemuk dimakan 7 ekor sapi kurus, dan 7 batang gandum hijau berdekatan dengan 7 batang gandum kering.
Berilah fatwa kepadaku hai Yusuf tentang hakikat mimpi ini, supaya aku memberitahukannya kepada orang-orang di kerajaan, barangkali mereka mengetahui keutamaan dan kedudukan ilmumu.”

Yusuf pun mulai menerangkan arti mimpi raja. Bukan hanya itu, ia menerangkan pula pemecahan kesulitan yang timbul dari arti mimpinya. Ia berkata, “Mesir akan mengalami 7 tahun yang subur, maka pada tahun-tahun itu hendaklah kamu menanami tanahmu dengan gandum dan sya’ir, kemudian hasil panenannya kamu simpan dalam batang-batang gandumnya, dan jangan boros dalam pemakaian, gunakan sekedar yang dibutuhkan saja. Setelah itu akan datang 7 tahun yang kering dimana kamu akan memakan persediaan gandum yang kamu simpan, dan jangan pula dihabiskan, supaya dapat digunakan sebagai bibit untuk tahun-tahun berikutnya.
Setelah lewat tahun-tahun kering ini, akan datang satu tahun yang subur dimana turun hujan dan tanah akan menghasilkan biji-bijian yang banyak dan sari buah-buahan seperti anggur dan zaitun.”

Kisah tentang mimpi raja ini diceritakan dalam surat Yûsuf: 43-49.

Yusuf dibebaskan dari penjara

Kepala tukang minuman segera menyampaikan tafsir mimpi yang telah diterangkan Yusuf kepada raja, maka raja pun mengirim utusan untuk memanggil Yusuf dan menjelaskan kembali secara rinci. Akan tetapi Yusuf enggan keluar dari penjara sebelum namanya dibebaskan dari segala tuduhan yang difitnahkan kepadanya. Ia minta supaya pihak kerajaan menyelidiki persekongkolan terhadap dirinya dan menanyai wanita-wanita yang menghadiri jamuan makan di rumah istri pembesar bekas majikannya dulu tentang sebab-sebab penahanannya supaya mereka menjadi saksi dalam perkaranya.

Permintaan Yusuf ini kemudian disampaikan oleh utusan kepada raja. Raja pun menyuruh para utusan untuk memanggil wanita-wanita itu dan menjelaskan fakta yang sebenarnya. Mereka pun bersaksi bahwa Yusuf memang tidak bersalah, dan bahwa istri pembesar Mesir, Zulaikha, itulah yang justru merayu Yusuf. Setelah adanya kesaksian dari wanita-wanita ini, Zulaikha sendiri tidak bisa menyangkal lagi. Akhirnya ia pun mengakui perbuatannya.

Dengan demikian keluarlah Yusuf dari penjara dengan diri yang bersih dari segala tuduhan dan fitnah. Raja kemudian juga merehabilitasi namanya di masyarakat. Allah telah mentakdirkan kezaliman yang selama ini diterima oleh Yusuf berganti dengan kemuliaan.

Kisah ini diterangkan dalam Al-Qur’an surat Yûsuf: 50-53.

Kebenaran tentang Yusuf telah menambah kepercayaaan raja kepadanya, sehingga ia kemudian mengangkatnya menjadi menteri yang mengurusi berbagai masalah ekonomi dan keuangan bagi negara Mesir. Inilah balasan Allah kepada hamba-hambaNya yang saleh.
Kisah pengangkatan Yusuf dalam kedudukan yang mulia ini diterangkan dalam surat Yûsuf: 54-57.

Pertemuan Yusuf dengan saudara-saudaranya

Takwil mimpi yang telah diterangkan Yusuf kemudian benar-benar terwujud. Pada masa 7 tahun yang subur, Yusuf telah memerintahkan rakyat Mesir untuk menyimpan kelebihan biji-bijian dari hasil tanaman mereka. Kemudian datanglah masa paceklik pada 7 tahun berikutnya. Timbul bencana kelaparan dan kekeringan, terutama di negeri-negeri tetangga lantaran ketiadaan persiapan penduduk untuk menghadapinya, termasuk negeri Palestina dimana keluarga Yusuf tinggal.

Ya’qub dan anak-anaknya juga mengalami kesulitan ini. Ia mendengar bahwa di Mesir ada persediaan makanan yang cukup, maka ia pun menyuruh anak-anaknya, kecuali Bunyamin, untuk pergi ke Mesir dengan membawa perbekalan berupa barang-barang dan perak serta lainnya untuk ditukar dengan gandum dan sya’ir.

Tatkala mereka telah tiba di istana kerajaan Mesir dan bertemu dengan Yusuf, melihat raut wajah mereka dan pakaian mereka yang menunjukkan bahwa mereka berasal dari Palestina, tahulah Yusuf bahwa itu adalah saudara-saudaranya. Namun mereka tidak mengenali dirinya dikarenakan kondisi Yusuf yang sudah jauh berubah, pakaiannya yang khusus, dan logat bicaranya yang menggunakan bahasa Mesir kuno.

Yusuf memperlakukan saudara-saudaranya layaknya seorang tamu, dan menimbang gandum dan sya’ir bagi mereka dengan takaran yang dilebihkan, serta memberi bekal untuk perjalanan pulang mereka. Ketika mereka bersiap-siap akan pergi, Yusuf berkata, “Bawalah kepadaku seorang lagi saudaramu yang seayah denganmu. Jika kalian tidak membawanya, maka aku tidak akan mau menukarkan makanan lagi bagi kalian, jika kalian kembali ke Mesir untuk kedua kalinya.”

Mereka pun berkata, “Kami akan membujuk ayah kami supaya beliau mengizinkan kami membawanya ke Mesir, dan kami tegaskan kepadamu bahwa kami akan melaksanakan perintahmu.”

Ketika mereka hendak berangkat pulang, Yusuf menyuruh pelayan menyisipkan kembali barang-barang saudaranya yang telah ditukar dengan gandum dan sya’ir itu ke dalam karung-karung mereka tanpa sepengetahuan mereka. Hal ini dimaksudkan supaya mereka merasa senang dan berbaik sangka kepadanya, sehingga mereka akan kembali lagi ke Mesir karena berharap akan mendapat lebih banyak lagi kebaikan darinya.

Saudara-saudara Yusuf kembali ke Palestina dan menceritakan tentang kebaikan dari menteri ekonomi Mesir serta penghormatan yang mereka terima. Mereka juga menyampaikan permintaan menteri Mesir itu agar mereka membawa Bunyamin jika nanti mereka hendak kembali ke Mesir.
Rupanya setelah ditinggalkan oleh Yusuf, Ya’qub sangat berduka. Setiap hari ia menangis sampai matanya memutih dan buta. Mendengar permintaan yang disampaikan saudara-saudara Yusuf ini, Ya’qub tidak mempercayai mereka. Namun mereka terus membujuk dan mengatakan bahwa jika Bunyamin tidak mereka bawa, mereka tidak akan mendapatkan makanan lagi dari menteri Mesir itu.
Mereka juga berjanji akan menjaga Bunyamin dengan sebaik-baiknya dan tidak akan menyia-nyiakannya.
Setelah mendengar janji putra-putranya ini, hati Ya’qub sedikit lebih tentram. Akhirnya dengan berat hati Ya’qub pun mengizinkan mereka membawa Bunyamin. Ia juga berpesan pada mereka supaya masuk ke kota melalui beberapa pintu agar tidak menarik perhatian.

Kisah pertemuan Yusuf dengan saudara-saudaranya ini diterangkan dalam surat Yûsuf: 58-67.

Yusuf menahan Bunyamin

Saat mereka datang lagi ke Mesir bersama Bunyamin, Yusuf berusaha mencari kesempatan untuk bisa berdua saja dengan Bunyamin, kemudian ia mengatakan padanya bahwa ia adalah Yusuf, saudaranya sekandung. Ia menceritakan tentang apa yang telah dilakukan saudara-saudaranya dulu kepadanya, dan apa yang telah terjadi padanya.

Yusuf memiliki rencana untuk bisa menahan Bunyamin lebih lama bersamanya. Ketika saudara-saudara Yusuf akan pulang, Yusuf menyelipkan piala untuk minum raja ke dalam karung Bunyamin. Saat mereka sudah akan berangkat, salah seorang pegawai Yusuf memanggil mereka kembali, dan mengatakan bahwa piala raja telah hilang. Barang siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan seberat muatan seekor unta.

Saudara-saudara Yusuf bersumpah bahwa mereka tidak mencuri. Salah seorang pegawai Yusuf kemudian bertanya, “Apa balasannya jika ternyata kalian berdusta?”

Mereka menjawab, “Pada siapa diketemukan barang yang hilang itu dalam karungnya, maka dia dijadikan budak. Ini adalah balasan yang adil bagi pencuri menurut syariat Ya’qub.”

Maka mulailah Yusuf dan para pegawainya memeriksa karung-karung mereka. Sengaja karung Bunyamin diperiksa paling akhir supaya tidak timbul kecurigaan pada saudara-saudaranya yang lain bahwa pencurian itu telah diatur.

Saat ditemukan piala itu dalam karung Bunyamin, saudara-saudara Yusuf sangat terkejut menyaksikan hal itu. Mereka merasa malu dengan peristiwa ini, karenanya mereka berkata, “Sesungguhnya telah mencuri pula saudaranya sebelum ini.”

Tentu saja yang mereka maksud adalah Yusuf sendiri. Yusuf memahami apa yang dimaksud saudara-saudaranya ini, dan sesungguhnya ia merasa jengkel dan kecewa terhadap mereka, tapi sikap itu tidak diperlihatkannya.

Menurut riwayat, tatkala Rahel ibu Yusuf pergi bersama Yusuf menuju Palestina, ia membawa sebuah patung kecil milik ayahnya Laban. Laban yang merasa kehilangan patung itu kemudian mencarinya, tapi ia tidak bisa menemukannya baik pada Rahel maupun orang lain, karena Rahel telah menyembunyikannya di sela-sela perlengkapan unta yang dinaikinya.

Ketika Ya’qub dan keluarganya tiba di Palestina, patung itu berada pada Yusuf dan dibuat mainan lantaran ia menyerupai boneka yang biasa dimainkan oleh anak-anak kecil. Itulah sebabnya Yusuf dituduh mencurinya dari rumah kakeknya Laban, padahal kenyataannya tidaklah begitu.

Saudara-saudara Yusuf memohon padanya agar Bunyamin dibebaskan dan mengambil salah satu dari mereka sebagai penggantinya. Mereka berkata, “Wahai Al-Aziz, sesungguhnya ia mempunyai ayah yang sudah lanjut usianya, lantaran itu ambilah salah seorang di antara kami sebagai gantinya, sesungguhnya kami melihat kamu termasuk orang-orang yang berbuat baik.”
Maka Yusuf pun menjawab, “Aku tidak akan menahan seseorang, kecuali orang yang kami ketemukan harta benda kami padanya. Jika kami menahan orang yang tidak bersalah, maka kami termasuk orang-orang yang zalim.”

Saudara-saudara Yusuf merasa bingung dan putus asa. Mereka telah berjanji pada ayah mereka untuk menjaga Bunyamin dengan sebaik-baiknya. Sebelum ini mereka telah menyia-nyiakan Yusuf, jika sekarang mereka tidak membawa Bunyamin pulang, pastilah ayah mereka akan marah dan tidak mempercayai mereka.

Setelah berunding dan berbisik-bisik, berkatalah yang tertua dari mereka, “Aku tidak akan meninggalkan Mesir sampai ayah mengizinkan aku kembali, atau Allah memberikan keputusan kepadaku. Dan Dia adalah hakim yang paling adil.”

Namun Yusuf berkata, “Kembalilah pada ayahmu, dan katakan bahwa anaknya telah mencuri, dan bahwasanya kalian hanya menyaksikan apa yang terjadi dan tak mampu menjaga barang yang hilang.”

Akhirnya saudara-saudara Yusuf pulang tanpa Bunyamin. Dengan demikian siasat Yusuf untuk menahan adik kandungnya akhirnya berhasil. Kisah ini diterangkan dalam surat Yûsuf: 68-82.

Yusuf berkumpul kembali bersama keluarganya

Ya’qub sangat sedih mendengar kejadian yang menimpa Bunyamin. Ia tidak mempercayai perkataan anak-anaknya dan sangat kecewa terhadap mereka. Kendati demikian, ia memasrahkan semuanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan percaya bahwa Allah pasti akan mewujudkan harapannya untuk bisa bertemu kembali dengan kedua putra tercintanya itu.

Ya’qub memerintahkan anak-anaknya untuk mencari kabar tentang Yusuf dan Bunyamin. Putra-putranya mematuhi perintah ayah mereka, dan kembali ke Mesir. Kepada Yusuf, mereka memohon belas kasihannya agar ia berkenan melepaskan Bunyamin. Mereka pun mengadukan keadaan mereka yang miskin dan membutuhkan makanan dengan harapan Yusuf mau memberi mereka bahan makanan yang cukup.

Timbul rasa iba dalam hati Yusuf mendengar keluhan saudara-saudaranya, sehingga terpikir olehnya untuk mengungkapkan siapa dirinya yang sebenarnya supaya mereka bisa tinggal bersamanya dalam keadaan sejahtera. Kemudian ia memanggil Bunyamin, lalu berkatalah Yusuf kepada saudara-saudaranya, “Tahukan kalian akan buruknya perlakuan kalian kepada Yusuf dan saudaranya? Ingatkah kalian akan perbuatan kalian memisahkan Yusuf dan ayahnya dengan membuangnya ke dalam sumur?

Dan kepada Bunyamin, maka kalian telah membuatnya bersedih atas kehilangan saudaranya sehingga ia pun ikut menderita.”

Mendengar perkataan Yusuf, mulai timbul dugaan dalam diri saudara-saudaranya, jangan-jangan pembesar yang berbicara di hadapan mereka ini adalah Yusuf.

Dengan berdebar-debar mereka bertanya, “Apakah engkau Yusuf?”

Yusuf menjawab, “Benar, aku Yusuf. Dan ini saudaraku Bunyamin.”

Maka saudara-saudara Yusuf pun segera memohon ampun dan meminta maaf kepadanya atas kejahatan yang pernah mereka lakukan dahulu. Dengan berlapang dada, Yusuf memaafkan kesalahan saudara-saudaranya. Ia lalu memerintahkan mereka untuk menjemput ayahnya beserta keluarga mereka untuk datang ke Mesir.

Mengetahui bahwa ayahnya telah kehilangan penglihatan lantaran kesedihan yang amat sangat semenjak kepergiannya, Yusuf memberikan gamisnya untuk diusapkan ke wajah ayahnya supaya ia dapat melihat kembali.

Setelah mengusapkan gamis Yusuf ke wajahnya, Ya’qub dapat merasakan keberadaan Yusuf dan segera mengetahui bahwa Yusuf masih hidup. Karena gembira dengan kenyataan itu ia pun dapat melihat kembali dengan seizin Allah.

Akhirnya Yusuf pun dapat berkumpul kembali dengan kedua orangtua dan saudara-saudaranya di Mesir. Ya’qub dan anak-anaknya telah diliputi rasa hormat kepada Yusuf yang telah diberi kemuliaan oleh Allah. Mereka pun memberikan penghormatan kepadanya dengan cara menundukkan kepala sesuai dengan adat pada masa itu dalam menghormati pembesar yang berkuasa.

Melihat ini, Yusuf teringat akan mimpinya dulu ketika ia masih kecil, maka ia berkata kepada ayahnya, “Inilah tafsir mimpiku yang dulu kuceritakan kepadamu, ketika di dalam mimpi aku melihat 11 bintang serta matahari dan bulan bersujud kepadaku.”

Kisah mengharukan berkumpulnya Yusuf dengan keluarganya ini terdapat dalam surat Yûsuf: 83-101.

Nabi Syu’aib Alaihissalam


Syu’aib adalah salah satu dari 4 nabi bangsa Arab. Tiga nabi lainnya adalah Hud, Saleh, dan Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam. Ia seorang nabi yang dijuluki juru pidato karena kecakapan dan kefasihannya dalam berdakwah.

Nabi Syu’aib Alaihissalam diutus ke tengah kaum Madyan yang tinggal di Ma’an, suatu daerah di pinggir Syam (sekarang Suriah), yang berbatasan dengan Hijjaz dan dekat Danau Luth. Sesuai namanya, bangsa Madyan adalah bangsa Arab yang bernasab dari Madyan bin Ibrahim Alaihissalam.

Kaum ini menyembah Aikah, yaitu sebidang tanah padang pasir yang ditumbuhi sejumlah pohon.

Dakwah Nabi Syu’aib Alaihissalam pada kaum Madyan

Masyarakat Madyan terkenal korup dan menjalankan praktek-praktek perdagangan yang curang. Mereka menggunakan alat ukur yang besar kalau membeli dan menggunakan alat ukur yang kecil kalau menjual, sehingga kekayaan bertumpuk pada segelintir orang saja.

Dalam kondisi demikian, Nabi Syu’aib Alaihissalam memperingatkan kaumnya agar meninggalkan praktek-praktek yang curang itu, tetapi ia ditanggapi dengan kasar, bahkan mereka mengancam akan menyiksa dan merajamnya jika ia tidak mau menghentikan dakwahnya.

Akhirnya Nabi Syu’aib Alaihissalam dan pengikutnya pindah ke negeri lain, karena penduduk Madyan sudah tidak bisa diharapkan lagi. Beberapa saat setelah Nabi Syu’aib dan pengikutnya pergi, tiba-tiba penduduk Madyan dikejutkan oleh adanya gempa maha dahsyat sehingga mereka mati bergelimpangan.

Berdakwah pada kaum Ashabul Aikah

Nabi Syu’aib dan pengikutnya pindah ke negeri Aikah sesuai petunjuk Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang memang menugaskannya berdakwah disana. Ternyata penduduk Aikah juga sama durhakanya dengan penduduk Madyan. Mereka menolak ajakan Nabi Syu’aib untuk menyembah Allah. Mereka bahkan mengejek dan menantang Nabi Syu’aib agar mensegerakan azab yang dijanjikan Allah.

Karena kedurhakaan mereka ini, akhirnya turunlah azab Allah Subhanahu Wa Ta’ala berupa iklim panas yang membakar dan menyesakkan dada. Dengan sia-sia kaumnya lari kesana-kemari mencari tempat perlindungan.

Saat mereka kebingungan, tiba-tiba muncul segumpal awan hitam. Orang-orang menyangka bahwa itu adalah awan pertolongan. Ketika kaum durhaka itu bernaung di bawahnya, tiba-tiba awan itu mengeluarkan gemuruh yang dahsyat dan menghancurkan mereka semua.

Binasalah kaum yang durhaka itu. Satu pun tak ada yang tersisa. Hanya Nabi Syu’aib Alaihissalam dan para pengikutnya yang bisa selamat berkat rahmat dan perlindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Kisah Nabi Syu’aib Alaihissalam diceritakan dalam surat Asy-Syu’arâ’: 176-191, Hûd: 84-95, Al-A’râf: 85-93, dan Al-Hijr: 78-79.



Nabi Zulkifli Alaihissalam


Nama aslinya ialah Basyar, anak Nabi Ayyub Alaihissalam dari istrinya Rahmah. Seperti ayahnya, Zulkifli juga mempunyai sifat yang sabar dan teguh dalam pendirian. Ia hidup di sebuah negara yang dipimpin oleh seorang Raja yang arif bijaksana. Pada suatu hari Raja tsb mengumpulkan rakyatnya dan bertanya, “Siapakah yang sanggup berlaku sabar, jika siang berpuasa dan jika malam beribadah?”

Tak ada seorang pun yang berani menyatakan kesanggupannya. Akhirnya anak muda bernama Basyar mengacungkan tangan dan berkata ia sanggup melakukan itu.

Sejak saat itulah ia dipanggil dengan Zulkifli yang artinya sanggup.

Nabi Zulkifli Alaihissalam juga seorang raja. Di waktu malam ia beribadah dan di waktu siang ia berpuasa. Ia juga diangkat menjadi hakim. Tidurnya di waktu malam sangat sedikit sekali. Pada suatu malam, ketika ia hendak pergi tidur ada seorang tamu yang hendak mengganggunya. Mestinya saat itu adalah saat beristirahat bagi Zulkifli, tapi ia melayani tamunya dengan sabar.

“Ada apakah saudara kemari di malam hari?” tanya Zulkifli.
“Hamba seorang musafir, barang-barang hamba dirampok di perjalanan”, jawab tamu itu.
“Datanglah besok pagi atau petang hari,” kata Zulkifli.

Namun besok paginya orang itu tidak datang, padahal Zulkifli sudah menunggunya di ruang sidang. Petang harinya orang itu juga tidak datang, padahal ia telah menyatakan bersedia untuk datang.

Malam harinya, ketika Zulkifli sedang bersiap-siap untuk tidur, orang itu datang lagi.
“Mengapa waktu sidang dibuka kau tidak datang?” tanya Zulkifli.
“Orang yang merampok saya cerdik Tuanku. Jika waktu sidang dibuka, barang saya dikembalikan, jika sidang hendak ditutup, barang saya dirampasnya lagi”, jawab orang itu.

Pada suatu malam, Raja Zulkifli sangat mengantuk. Ia telah berpesan pada penjaga agar menutup semua pintu dan menguncinya. Saat ia hendak membaringkan diri, terdengar suara pintu kamarnya diketuk orang.

“Siapa yang masuk?” tanya Zulkifli pada prajurit penjaganya.
“Tidak ada seorang pun Tuanku”, jawab prajurit penjaganya dengan nada heran. Jelas tadi ia mendengar suara pintu diketuk. Lalu diperiksanya sekeliling rumah, ternyata ia menemukan seseorang. Ia merasa heran, jelas semua pintu telah terkunci rapat. Bagaimana orang itu bisa masuk?

“Kau bukan manusia, kau pasti iblis!” kata Zulkifli.
“Ya, aku memang iblis yang ingin menguji kesabaranmu. Ternyata memang benar, kau orang yang dapat memenuhi kesanggupanmu dulu.”

Memang demikianlah adanya. Zulkifli adalah Nabi yang sabar, selalu mempergunakan akal sehatnya, tidak pernah marah kepada para tamunya. Dikisahkan bahwa suatu hari terjadi peperangan antara negerinya dengan pemberontak yang durhaka kepada Allah. Raja Zulkifli memerintahkan prajurit dan rakyatnya untuk pergi ke medan juang. Tapi apa yang terjadi? Ternyata rakyatnya takut berperang. Mereka takut mati.

Rakyatnya hanya mau berperang jika Zulkifli mau mendoakan kepada Allah agar Allah menjamin hidup mereka, agar mereka tidak mati. Mendengar itu Zulkifli tidak lantas marah, bahkan ia pun bersedia memenuhi permintaan rakyatnya untuk berdoa kepada Allah. Maka Allah mewahyukan kepadanya, “Aku telah mengetahui permintaan mereka, dan aku mendengar doamu. Semua itu akan Kukabulkan.”

Akhirnya dalam peperangan itu mereka memperoleh kemenangan, dan sesuai janji Allah, tidak satu pun dari mereka yang mati di medan juang.

Nama Nabi Zulkifli hanya 2 kali disebut dalam Al Qur’an, yaitu dalam surat Al-Anbiyâ ayat 85 yang artinya: “Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris, dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar.” dan surat Sâd ayat 48 yang artinya: “Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa, dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.”



Nabi Ayyub Alaihissalam


Nabi Ayyub Alaihissalam adalah putra dari Aish bin Ishaq Alaihissalam bin Ibrahim Alaihissalam. Sebagaimana disebutkan dalam kisah Nabi Yaqub Alaihissalam, Aish adalah saudara kembar Nabi Yaqub Alaihissalam, jadi Nabi Ayyub masih kemenakan Nabi Yaqub Alaihissalam dan sepupu Nabi Yusuf Alaihissalam.

Nabi Ayyub Alaihissalam adalah salah seorang nabi yang terkenal kaya raya, hartanya melimpah, ternaknya tak terbilang jumlahnya. Namun demikian ia tetap tekun beribadah, gemar berbuat kebajikan, suka menolong orang yang menderita, terlebih dari golongan fakir miskin.

Keraguan iblis terhadap ketaatan Nabi Ayyub Alaihissalam

Para malaikat di langit terkagum-kagum dan membicarakan tentang ketaatan Ayyub dan keikhlasannya dalam beribadah kepada Allah. Iblis yang mendengar pembicaraan para malaikat ini merasa iri dan ingin menjerumuskan Ayyub agar menjadi orang yang tidak sabar dan celaka.

Mula-mula iblis mencoba sendiri menggoda Nabi Ayyub agar tersesat dan tidak bersyukur kepada Allah, namun usahanya ini gagal, Nabi Ayyub tetap tak tergoyahkan. Lalu iblis menghadap Allah, meminta agak ia diizinkan untuk menguji keikhlasan Nabi Ayyub. Ia berkata, “Wahai Tuhan, sesungguhnya Ayyub senantiasa patuh dan berbakti kepada-Mu, senantiasa memuji-Mu, tak lain hanyalah karena takut kehilangan kenikmatan yang telah Engkau berikan kepadanya, karena ia ingin kekayaannya tetap terpelihara. Semua ibadahnya bukan karena ikhlas, cinta, dan taat kepada-Mu. Andaikata ia terkena musibah dan kehilangan harta benda, serta anak-anak dan istrinya, belum tentu ia akan tetap taat dan ikhlas menyembah-Mu.”

Allah berfirman kepada iblis, “Sesungguhnya Ayyub adalah hamba-Ku yang sangat taat kepada-Ku. Ia sesorang mu’min sejati. Apa yang ia lakukan untuk mendekatkan diri kepada-Ku adalah semata-mata didorong iman yang teguh kepada-Ku. Iman dan taqwanya takkan tergoyahkan hanya oleh perubahan keadaan duniawi. Cintanya kepada-Ku takkan berkurang walaupun ditimpa musibah apa pun yang melanda dirinya, karena ia yakin bahwa apa yang ia miliki adalah pemberian-Ku yang sewaktu-waktu dapat Aku cabut daripadanya, atau Ku-jadikan berlipat ganda. Ia bersih dari segala tuduhan dan prasangkamu.

Engkau tidak rela melihat hamba-hamba-Ku, anak cucu Adam, berada di atas jalan yang lurus. Untuk menguji keteguhan hati Ayyub dan keimanannya pada takdir-Ku, Ku-izinkan kau menggoda dan mencoba memalingkannya dari-Ku. Kerahkan seluruh pembantu-pembantumu untuk menggoda Ayyub melalui harta dan keluarganya. Cerai beraikan keluarganya yang rukun damai sejahtera itu. Lihatlah, sampai dimana kemampuanmu untuk menyesatkan Ayyub hamba-Ku.”

Ujian dan cobaan Allah terhadap Nabi Ayyub Alaihissalam

Demikianlah, iblis dan para pembantunya mulai menyerbu keimanan Ayyub. Mula-mula mereka membinasakan hewan ternak pemeliharaan Ayyub, disusul lumbung-lumbung gandum dan lahan pertaniannya yang terbakar dan musnah.

Iblis mengira Ayyub akan berkeluh kesah setelah kehilangan ternak dan pertaniannya, namun ternyata Ayyub tetap berhusnuzhon (berbaik sangka) kepada Allah. Segalanya ia pasrahkan kepada Allah. Harta adalah titipan Allah yang sewaktu-waktu dapat saja diambil kembali.

Berikutnya iblis mendatangi putra-putra Nabi Ayyub Alaihissalam yang sedang berada di sebuah gedung yang besar dan megah. Mereka menggoyang-goyangkan tiang-tiang gedung sehingga gedung itu roboh dan anak-anak Ayyub yang berada di dalamnya mati semuanya.
Iblis mengira usahanya kali ini akan berhasil menggoyahkan iman Nabi Ayyub yang sangat menyayangi putra-putranya itu, namun sekali lagi mereka harus kecewa. Nabi Ayyub tetap berserah diri kepada Allah. Ia memang bersedih hati dan menangis, tapi jiwa dan hatinya tetap kokoh dalam keyakinan bahwa jika Allah yang Maha Pemberi menghendaki sesuatu, tak ada seorang pun yang mampu menghalangi-Nya.

Iblis yang masih belum puas, lalu menaruh baksil di sekujur tubuh Ayyub sehingga beliau menderita penyakit kulit yang sangat menjijikkan, hingga ia dijauhi sanak famili dan tetangganya. Istri-istrinya banyak yang lari meninggalkannya, hanya seorang saja yang tetap setia mendampinginya, yaitu Rahmah. Lebih parah lagi, para tetangga Nabi Ayyub Alaihissalam yang tidak mau ketularan penyakit yang diderita Nabi Ayyub, mengusirnya dari kampung mereka. Maka pergilah Nabi Ayyub dan istrinya Rahmah ke sebuah tempat yang sepi dari manusia.

Waktu 7 tahun dalam penderitaan terus-menerus memang merupakan ujian terberat bagi Ayyub dan Rahmah, namun Nabi Ayyub tetap bersabar dan berzikir menyebut Asma Allah. Diriwayatkan bahwa istrinya berkata, “Hai Ayyub, seandainya engkau berdoa kepada Tuhanmu, niscaya dia akan membebaskanmu.”

Namun Nabi Ayyub Alaihissalam malah menjawab, “Aku telah hidup selama 70 tahun dalam keadaan sehat, dan Allah baru mengujiku dalam keadaan sakit selama 7 tahun. Ketahuilah, itu amat sedikit dibandingkan masa 70 tahun.”

Begitulah, Nabi Ayyub menerima ujian dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan sabar dan ikhlas. Ia telah hidup dalam kenikmatan selama puluhan tahun, maka ia merasa malu untuk berkeluh kesah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas kesengsaraan yang hanya beberapa tahun. Sakit Nabi Ayyub membuat tidak ada lagi anggota badannya yang utuh kecuali jantung/hati dan lidahnya. Dengan hati dan lidahnya ini, Nabi Ayyub Alaihissalam tak pernah berhenti berzikir kepada Allah, baik di waktu pagi, siang, sore dan malam hari.

Untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, Rahmah terpaksa bekerja pada suatu pabrik roti. Pagi ia berangkat, sorenya ia kembali ke rumah pengasingan. Namun lama-kelamaan majikannya mengetahui bahwa Rahmah adalah istri Nabi Ayyub yang memiliki penyakit berbahaya. Mereka khawatir Rahmah akan membawa baksil yang dapat menular melalui roti, oleh sebab itu mereka kemudian memecatnya.

Rahmah yang setia ini masih memikirkan suaminya. Ia meminta agar majikannya berkenan memberinya hutang roti, tetapi permintaannya ini ditolak. Majikannya hanya mau memberinya roti jika ia memotong gelung rambutnya yang panjang, padahal gelung rambut itu sangat disukai suaminya. Namun demi untuk mendapatkan roti, Rahmah akhirnya setuju dengan usul majikannya itu.

Ternyata, perbuatannya itu membuat Ayyub menduga bahwa ia telah menyeleweng. Akhirnya pada suatu hari, mungkin karena sudah tidak tahan dengan penderitaan yang terus-menerus dihadapi, Rahmah pamit untuk meninggalkan suaminya. Ia beralasan ingin bekerja agar dapat menghidupi suaminya. Nabi Ayyub melarangnya, tapi Rahmah tetap bersikeras sembari berkeluh kesah. Sesungguhnya tindakan Rahmah ini pun tak lepas dari peranan iblis yang menghasutnya untuk meninggalkan suaminya Ayyub.

Mendengar keluh kesah istrinya, berkatalah Ayyub, “Kiranya kau telah terkena bujuk rayu iblis, sehingga berkeluh kesah atas takdir Allah. Awas, kelak jika aku telah sembuh kau akan kupukul seratus kali. Mulai saat ini tinggalkan aku seorang diri, aku tak membutuhkan pertolonganmu sampai Allah menentukan takdir-Nya.”

Dengan demikian tinggallah kini Nabi Ayyub seorang diri setelah ia mengusir Rahmah istrinya. Di tengah kesendiriannya, Nabi Ayyub Alaihissalam bermunajat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan sepenuh hati memohon rahmat dan kasih-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menerima doa Nabi Ayyub Alaihissalam yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman dalam menghadapi ujian dan cobaan. Berfirmanlah Ia kepada Nabi Ayyub, “Hantamkanlah kakimu ke tanah. Dari situ akan memancar air yang dengannya kau akan sembuh dari penyakitmu. Kesehatanmu akan pulih jika kau mempergunakannya untuk minum dan mandi.”

Setelah meminum dan mandi dengan air itu, Ayyub pun sembuh seperti sedia kala. Sementara itu Rahmah istrinya yang telah pergi meninggalkannya, rupanya lama-kelamaan merasa kasihan dan tak tega membiarkan suaminya seorang diri. Ia datang untuk menjenguk, namun ia tak mengenali lagi suaminya, karena kini Nabi Ayyub tampak lebih sehat, lebih segar, dan lebih tampan. Nabi Ayyub sangat gembira melihat istrinya kembali, namun ia teringat sumpahnya yaitu ingin memukul istrinya seratus kali. Ia harus melaksanakan sumpah itu, tapi ia bimbang karena bagaimanapun istrinya telah turut menderita sewaktu bersamanya 7 tahun ini. Tegakah ia memukulnya seratus kali?

Allah mengetahui kebimbangan yang dirasakan Nabi Ayyub Alaihissalam. Maka datanglah wahyu Allah kepada Nabi Ayyub, “Hai Ayyub, ambillah lidi seratus batang dan pukullah istrimu sekali saja. Dengan demikian tertebuslah sumpahmu.”

Nabi Ayyub merasa lega dengan jalan keluar yang diwahyukan Allah itu. Dengan lidi seratus, dipukulnya istrinya dengan satu kali pukulan yang sangat pelan, maka sumpahnya telah terlaksana.

Berkat kesabaran dan keteguhan imannya, Nabi Ayyub Alaihissalam dikaruniai lagi harta benda yang melimpah ruah. Dari Rahmah, ia kemudian memperoleh anak bernama Basyar yang kemudian hari menjadi seorang nabi yang dikenal dengan nama Zulkifli.

Kisah Nabi Ayyub Alaihissalam ini merupakan teladan bagi hamba-hamba-Nya dalam hal kesabaran dan keteguhan iman. Riwayat Nabi Ayyub Alaihissalam terdapat dalam surat Al-Anbiyâ: 83-84 dan surat Sâd: 41-44.

Nabi Harun Alaihissalam


Nabi Harus Alaihissalam diutus oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk membantu tugas kerasulan Nabi Musa Alaihissalam. Dalam berbicara, ia lebih cakap daripada Nabi Musa Alaihissalam. Ketika Nabi Musa Alaihissalam pergi ke Bukit Sina untuk menerima wahyu, umatnya dititipkan kepada Nabi Harus Alaihissalam. Namun setelah Nabi Musa Alaihissalam kembali, ia mendapati mereka telah menyembah patung anak sapi. Melihat itu, Musa sangat marah dan bersedih hati. Dalam Al Qur’an diceritakan:

Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Rabbmu? Dan Musa melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya. Harun berkata: Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka mau membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim. (QS Al-A’râf: 150)

Akhirnya Musa pun sadar, ia lalu berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala seperti tersebut dalam Al Qur’an:

Musa berdoa: Ya Rabbku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. (QS Al-A’râf: 151)

Nabi Harun Alaihissalam wafat sebelum Nabi Musa Alaihissalam. Ia dikuburkan oleh Nabi Musa Alaihissalam di Bukit Hur di Gurun Sinai.



Nabi Musa Alaihissalam


Nabi Musa Alaihissalam diutus untuk berdakwah di negeri Mesir, dan mengajak Bani Israil menyembah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Musa dan Harun adalah keturunan ke-4 dari Nabi Ya’qub Alaihissalam yang tinggal di Mesir sejak Nabi Yusuf berkuasa disana.

Mesir saat itu dikuasai oleh Fir’aun. Penduduknya terdiri dari 2 bangsa, yaitu penduduk asli Mesir yang disebut sebagai orang Qubti, dan orang Israil, yaitu keturunan Nabi Ya’qub Alaihissalam.

Kebanyakan orang Qubti menduduki jabatan-jabatan tinggi, sedang orang Israil hanya berkedudukan rendah, seperti buruh, pelayan dan pesuruh.

Firaun memerintah dengan tangan besi. Ia diktator bengis yang tidak berperi kemanusiaan. Mabuk dan rakus kekuasaan, sampai-sampai ia berani menyebut dirinya sebagai Tuhan.

Kekejaman Fir’aun membunuh bayi laki-laki

Suatu ketika, Fir’aun bermimpi, yang oleh dukun peramalnya mimpi itu diartikan dengan akan lahirnya seorang bayi laki-laki dari Bani Israil yang akan merampas kekuasaan raja. Seketika itu Fir’aun menginstruksikan seluruh pasukannya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir.

Ibu Musa, Yukabad, istri Imron bin Qahat bin Lewi bin Ya’qub Alaihissalam, merasa sangat gelisah karena begitu ketatnya penyelidikan para petugas. Suatu ketika ibu Musa mendapat petunjuk melalui mimpinya agar anaknya yang berusia 3 bulan dimasukkan ke dalam kotak lalu dihanyutkan ke sungai Nil. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjamin bahwa bayinya pasti akan selamat, bahkan Yukabad kelak tetap akan dapat merawatnya.

Isyarat itu dilaksanakan dengan penuh ketabahan dan tawakal. Kakak Musa diperintahkan untuk mengikuti kemana peti itu hanyut dan di tangan siapakah Musa nanti ditemukan. Kotak yang berisi bayi itu tiba-tiba tersangkut di pohon dan berhenti di belakang rumah Fir’aun. Puteri Fir’aun menemukan peti tsb, dan ia adalah seorang yang berpenyakit belang. Ketika menyentuh Musa, mendadak penyakitnya sembuh. Dengan perasaan gembira ia membawa peti itu kepada Asiah, istri Fir’aun, dan memberitahu apa yang telah terjadi. Asiah mengambil bayi itu dan berniat untuk memeliharanya.

Asiah adalah seorang yang beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Namun lantaran takut oleh kekejaman Fir’aun, ia menyembunyikan keimanannya. Ketika itu Fir’aun mendengar adanya wanita cantik bernama Asiah, dan ia pun menikahinya. Namun tatkala ia hendak menggauli istrinya itu, seluruh badannya tiba-tiba menjadi kaku sehingga ia pun tidak bisa mendekatinya, hanya bisa memandangnya.

Fir’aun merasa curiga terhadap bayi yang ditemukan istrinya, tetapi Asiah tetap bersikeras untuk memeliharanya karena ia sudah lama mendambakan anak. Bayi itu oleh Asiah diberi nama Musa, yang artinya air dan pohon (mu = air, sa = pohon).

di antara sejumlah inang pengasuh pilihan Asiah, bayi Musa hanya mau menyusu pada Yukabad, sehingga Asiah akhirnya menerima Yukabad sebagai inang pengasuh Musa. Dengan demikian janji Allah Subhanahu Wa Ta’ala bahwa Yukabad tetap akan mendapatkan kembali bayinya terpenuhi.

Kisah ini dapat ditemui dalam surat Al-Qasas: 4-13.

Musa meninggalkan Mesir

Setelah selesai masa penyusuan bersama ibunya, Musa dikembalikan lagi ke istana Fir’aun. Ia dipelihara sebagaimana anak-anak raja yang lain. Berpakaian seperti Fir’aun, mengendarai kendaraan Fir’aun, sehingga ia dikenal sebagai Pangeran Musa bin Fir’aun.

Walaupun dididik dalam tradisi istana, sejak kecil Musa memahami bahwa ia bukan anak Fir’aun melainkan keturunan Bani Israil yang tertindas. Karena prihatin terhadap nasib rakyat yang dianiaya oleh keluarga raja dan para pembesar kerajaan, Musa bertekad untuk membela kaumnya yang lemah.

Suatu saat tindakan Musa membela seorang anggota kaumnya yang berkelahi melawan seorang dari golongan Fir’aun menyebabkan yang terakhir ini tewas. Seorang saksi yang melihat kejadian itu lalu melaporkan pada Fir’aun. Mengetahui bahwa Musa membela orang Israil, Fir’aun segera memerintahkan orang untuk menangkap Musa. Akhirnya Musa melarikan diri dan memutuskan untuk meninggalkan Mesir. Ia bertaubat dan memohon ampun kepada Allah. Saat itu ia berusia 18 tahun.

Kisah ini terdapat dalam surat Al-Qasas: 14-21.

Musa pergi ke Madyan, kota tempat tinggal Nabi Syu’aib Alaihissalam. Dari Mesir ke Madyan harus ditempuh berjalan kaki selama 8 hari. Karena kelelahan dan merasa lapar, Musa beristirahat di bawah pepohonan. Tak jauh dari tempatnya beristirahat, ia melihat dua orang gadis berusaha berebut untuk mendapatkan air di sumur guna memberi minum ternak yang mereka gembalakan. Kedua gadis itu berebutan dengan sekelompok pria-pria kasar yang tampak tidak mau mengalah.

Melihat itu, Musa segera bergerak menolong kedua gadis tsb. Laki-laki kasar tadi mencoba melawan Musa, tapi Musa dapat mengalahkan mereka.

Musa menikah

Kedua gadis ini tak lain adalah putri-putri Nabi Syu’aib Alaihissalam. Mereka lalu melaporkan kejadian yang telah dialami bersama Musa kepada ayah mereka. Syu’aib lalu menyuruh kedua putrinya untuk mengundang Musa datang ke rumah mereka.

Musa memenuhi undangan itu. Keluarga Syu’aib sangat senang melihat Musa. Sikapnya sopan dan tampak sekali ia seorang pemuda bermartabat dari kalangan bangsawan. Kepada Syu’aib, Musa menceritakan peristiwa pembunuhan yang telah dilakukannya, yang menyebabkan ia terusir dari Mesir. Syu’aib menyarankan agar ia tetap tinggal di rumahnya agar terhindar dari kejaran orang-orang Fir’aun.

Syu’aib bermaksud menikahkan Musa dengan salah seorang putrinya. Sebagai syarat mas kawin, Musa diminta bekerja menggembalakan ternak-ternak milik Nabi Syu’aib selama 8 tahun. Musa menyanggupi syarat tsb, bahkan ia menggenapkan masa kerjanya menjadi 10 tahun. Ia menjalani pekerjaannya dengan sabar. Selama itu, nampaklah oleh keluarga Syu’aib bahwa Musa adalah pemuda yang kuat, perkasa, jujur dan dapat diandalkan. Tak salah jika Nabi Syu’aib mengambilnya sebagai menantu.

Musa sangat bahagia hidup bersama istrinya. Nabi Syu’aib juga lega karena anaknya mendapat pelindung yang dapat dipercaya.

Kisah tentang hal ini terdapat dalam surat Al-Qasas: 22-28.

Musa kembali ke Mesir

Sepuluh tahun setelah meninggalkan Mesir, Musa berniat kembali ke sana bersama istrinya. Musa sadar, tidak mustahil bahwa orang-orang Mesir masih akan mencarinya, oleh sebab itu ia dan istrinya tidak berani melalui jalan biasa melainkan memilih jalan memutar.

Sampai suatu malam, mereka tersesat tak tahu arah mana yang harus ditempuh untuk meneruskan perjalanan ke Mesir. Saat itulah Musa melihat ada cahaya api terang benderang di atas sebuah bukit. Musa berkata kepada istrinya, “Tunggu disini, aku akan mengambil api itu untuk menerangi jalan kita.”

Tatkala Musa menghampiri api tsb, tiba-tiba terdengar suara menyeru, “Hai Musa! Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu. Sesungguhnya kamu berada di lembah suci Thuwa. Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah. Tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku, dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku.”

Inilah wahyu pertama yang diterima langsung oleh Nabi Musa Alaihissalam. Dengan diterimanya wahyu ini, maka Musa telah diangkat sebagai Nabi dan Rasul. Sebagai rasul, Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberinya mukjizat berupa tongkat yang bisa berubah menjadi ular dan tangannya yang dapat bersinar putih cemerlang setelah dikepitkan di ketiaknya.

Kisah ini dapat dilihat pada surat Tâhâ: 9-23.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan Nabi Musa Alaihissalam untuk berdakwah kepada Fir’aun. Musa masih merasa takut karena dulu ia pernah membunuh orang Mesir, namun Allah menjanjikan perlindungan untuknya, maka tentramlah hatinya. Untuk lebih memantapkan dakwahnya, Musa memohon kepada Allah agar ia ditemani oleh Harun, saudaranya, karena Harun amat cakap dalam berbicara dan berdebat. Permintaan Musa dikabulkan. Harun yang masih berada di Mesir digerakkan hatinya oleh Allah sehingga ia berjalan menemui Musa.

Hal tsb dinyatakan dalam surat Al-Qasas: 32-35 dan surat Tâhâ: 42-47.

Akhirnya bersama-sama Harun, Musa menghadap Fir’aun. Ia mengadakan dialog dengan Fir’aun tentang Tuhan. Namun Fir’aun menanggapinya dengan sinis dan mengejek Musa tak tahu diri. Dulu ia diasuh dan dibesarkan di istana Mesir, tapi kini ia malah berbalik menentang Fir’aun. Musa menjawab bahwa semua itu terjadi disebabkan karena ulah Fir’aun sendiri. Seandainya Fir’aun tidak memerintahkan membunuh bayi laki-laki, tidak mungkin ia dihanyutkan di sungai Nil sampai akhirnya ditemukan dan diangkat anak oleh istri Fir’aun. Musa tidak merasa berhutang budi pada Fir’aun.

Musa mengatakan bahwa sesungguhnya Fir’aun bukanlah Tuhan. Ada Tuhan lain yang berhak disembah, Tuhan nenek moyang mereka, Tuhan seluruh alam semesta. Fir’aun sangat murka dan meminta Musa untuk menunjukkan tanda-tanda kebesaran Tuhan.

Keberhasilan Musa melawan ahli-ahli sihir Fir’aun

Di depan masyarakat luas, Nabi Musa Alaihissalam dapat menunjukkan mukjizatnya menghadapi ahli-ahli sihir Fir’aun. Musa mempersilakan ahli-ahli sihir Fir’aun untuk mempertunjukkan kebolehan mereka lebih dulu. Mereka lalu melemparkan tali dan tongkat-tongkatnya. Tak lama kemudian tali-tali dan tongkat-tongkat itu berubah menjadi ular yang ribuan ekor banyaknya. Fir’aun tertawa bangga menyaksikan kebolehan para ahli sihirnya. Masyarakat yang hadir disana juga terkagum-kagum.

Dengan tenang Musa melemparkan tongkatnya, tongkat itu segera berubah menjadi ular yang sangat besar dan langsung melahap ular-ular para ahli sihir Fir’aun. Dalam waktu singkat, ular-ular itu habis ditelan oleh ular Nabi Musa.

Para ahli sihir itu terbelalak heran. Apa yang diperlihatkan Musa bukanlah seperti sihir yang mereka pelajari dari syaitan. Sadar akan hal itu, para ahli sihir tsb berlutut kepada Musa, dan menyatakan diri sebagai pengikut ajaran yang dibawanya. Mereka bertaubat dan hanya akan menyembah Allah saja.

Kisah ini dijelaskan dalam surat Asy-Syu’arâ’: 18-51

Fir’aun sangat murka melihat pembelotan para ahli sihir yang telah bertaubat itu. Ia mengancam akan menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat kejam, namun para ahli sihir itu tetap memilih menjadi pengikut Musa. Akhirnya Fir’aun memerintahkan untuk memotong tangan dan kaki mereka, serta menyalib mereka di batang pohon kurma. Mereka pun menerimanya dengan sabar dan tetap beriman kepada Allah. Jumlah mereka saat itu 70 orang.

Azab bagi Fir’aun dan pengikutnya

Kejengkelan Fir’aun memuncak setelah Nabi Musa Alaihissalam memperoleh pengikut yang lebih banyak. Fir’aun menjadi semakin kejam terhadap Bani Israil. Nabi Musa Alaihissalam senantiasa menyuruh kaumnya untuk bersabar menghadapi kesewenang-wenangan Fir’aun. Fir’aun pun tak henti-hentinya mengejek dan menghina Musa.

Karena semakin lama tindakan Fir’aun makin merajalela, Nabi Musa Alaihissalam berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar Fir’aun dan pengikutnya diberi azab. Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengabulkan doa Musa. Kerajaan Fir’aun dilanda krisis keuangan. Selain itu wilayah Mesir dilanda kemarau panjang. Banyak panen yang gagal, tanaman dan pepohonan banyak yang mati, disusul badai topan yang merobohkan rumah-rumah mereka. Jutaan belalang berdatangan menyerbu hewan dan perkebunan, juga kutu dan katak. Setelah kemarau, muncul banjir besar. Akibat banjir itu kemudian juga muncul wabah penyakit. Anak laki-laki bangsa Mesir mendadak mati, tak terkecuali anak-anak Fir’aun sendiri, termasuk putra mahkota.

Pengikut Fir’aun mendatangi Nabi Musa Alaihissalam untuk memohon agar azab itu dicabut dari mereka dengan janji mereka akan beriman. Namun ketika Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengabulkan permintaan itu, mereka ingkar terhadap janjinya.

Riwayat ini terdapat dalam surat Al-Mu’minûn: 26, Az-Zukhruf: 51-54, Yûnus: 88-89, dan Al-A’râf: 130-135.

Peristiwa Laut Merah terbelah

Bani Israil yang makin menderita karena ulah Fir’aun dan pengikutnya meminta Nabi Musa Alaihissalam untuk membawa mereka keluar dari Mesir. Setelah mendapat wahyu dari Allah agar mengajak kaumnya pergi meninggalkan Mesir, Musa lalu membawa kaumnya ke Baitulmakdis. Mereka pergi secara diam-diam di malam hari. Ketika sampai di tepi Laut Merah, mereka baru menyadari bahwa tentara Fir’aun mengejar mereka. Para pengikut Musa sangat panik karena tidak bisa lari kemana pun. Saat itulah turun wahyu agar Musa memukulkan tongkatnya ke laut. Laut pun membelah hingga terbentang jalan bagi Musa dan pengikutnya untuk menyeberang. Fir’aun dan tentaranya mengejar rombongan itu, namun ketika Musa dan pengikutnya telah sampai di tepi sementara Fir’aun dan tentaranya masih di tengah laut, atas perintah Allah laut pun kembali menutup hingga Fir’aun dan pasukannya tenggelam.

Di saat-saat terakhir menjelang kematiannya, Fir’aun sempat bertaubat dan menyatakan diri beriman kepada Allah. Namun taubat menjelang ajal yang dilakukan oleh Fir’aun itu sudah terlambat dan tidak lagi diterima oleh Allah, sehingga matilah ia dalam keadaan tetap kafir.

Kisah tentang ini terdapat dalam surat Tâhâ: 77-79, Asy-Syu’arâ: 60-68, dan Yûnus: 90-92.

Ternyata, mayat Fir’aun tetap utuh sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Yûnus: 92, sebagai tanda bagi umat yang kemudian. Ini telah terbukti dengan diketemukannya mummi Fir’aun (Pharaoh) di Mesir pada abad ke-20 M.

Karunia bagi Bani Israil

Dalam perjalanan ke Mesir, Bani Israil sangat manja. Saat mereka haus, Musa memukulkan tongkatnya ke batu. Dari batu tsb, memancarlah 12 mata air, sesuai dengan jumlah suku (sibith) Bani Israil, sehingga masing-masing suku memiliki mata air sendiri.
Di Gurun Sinai yang panas terik, tak ada rumah untuk dihuni, tak ada pohon untuk berteduh, maka Allah menaungi mereka dengan awan.

Ketika bekal makanan dan minuman mereka habis, mereka pun meminta Musa memohon pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar diberikan makanan dan minuman, maka Allah menurunkan kepada mereka Manna dan Salwa. Manna adalah makanan yang turun dari udara seperti turunnya embun, turun di atas batu dan daun pohon. Rasanya manis seperti madu. Sedang Salwa adalah sejenis burung puyuh yang datang berbondong-bondong silih berganti sampai-sampai hampir menutupi bumi lantaran banyaknya.

Mendapat karunia dan rezki yang demikian melimpahnya dari Allah, Bani Israil bukannya bersyukur, malah mereka meminta makanan dari jenis yang lain lagi. Disinilah mulai terlihat betapa Bani Israil itu sangat kufur terhadap nikmat Allah.

Berbagai tuntutan dan permintaan dari Bani Israil ini diceritakan dalam surat Al-A’râf: 160 dan Al-Baqarah: 61.

Turunnya kitab Taurat

Setelah persoalan dengan Fir’aun selesai, Nabi Musa Alaihissalam memohon untuk diberikan kitab suci sebagai pedoman. Allah Subhanahu Wa Ta’ala lalu memerintahkan Nabi Musa Alaihissalam untuk berpuasa selama 30 hari dan pergi berkhalwat ke Bukit Thur Al-Aiman atau Thursina. Sebelum pergi, Musa meminta Harun menjadi wakilnya untuk mengurus kaumnya.

Setelah berpuasa selama 30 hari, Allah memerintahkannya berpuasa 10 hari lagi untuk menggenapkan ibadahnya menjadi 40 hari. Setelah itu Allah berbicara kepadanya dengan Kalam-Nya yang Azali, sehingga Musa pun memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh manusia lain.

Dalam kesempatan bermunajat di Bukit Thursina ini, timbul kerinduan Musa untuk bertemu Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ia pun meminta agar Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengizinkan dirinya untuk melihat Zat-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengatakan bahwa ia telah meminta sesuatu yang diluar kesanggupannya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala kemudian menyuruh Musa untuk melihat ke sebuah bukit. Allah akan menampakkan wujudnya kepada bukit itu. Jika bukit itu tetap tegak berdiri, maka Musa dapat melihat-Nya, namun jika bukit yang lebih besar darinya itu tak mampu bertahan, maka lebih-lebih lagi dirinya. Ketika Musa mengarahkan pandangan ke bukit tsb, seketika itu juga bukit itu hancur luluh. Melihat itu Musa merasa terkejut dan ngeri, ia pun jatuh pingsan.

Setelah sadar, ia bertasbih dan bertahmid seraya memohon ampun kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas kelancangannya. Selanjutnya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan kitab Taurat sebagai kitab suci yang berupa kepingan-kepingan batu. Di dalamnya tertulis pedoman hidup dan penuntun beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Kisah munajat Nabi Musa Alaihissalam di Bukit Thursina ini diceritakan dalam surat Al-A’râf: 142-145.

Patung anak sapi

Sepeninggal Nabi Musa Alaihissalam, Bani Israil dihasut oleh seorang munafik bernama Samiri. Karena keyakinan tauhid mereka yang memang belum terlalu tebal, dengan mudah mereka termakan hasutan Samiri. Bani Israil membuat patung anak sapi yang disembah sebagai tuhan mereka.

Sebelum pergi ke bukit Thursina, Musa berkata kepada kaumnya bahwa ia akan meninggalkan mereka tidak lebih dari 30 hari. Ketika Allah memerintahkannya untuk menambah ibadahnya 10 hari lagi sehingga bertambah lama kepergiannya, maka mereka menganggapnya telah melupakannya. Samiri mengatakan kepada Bani Israil bahwa keterlambatan Musa ini disebabkan karena mereka telah membuat marah Tuhan dengan mengambil perhiasan-perhiasan dari kuburan orang-orang Mesir. Maka untuk meminta ampun kepada Tuhan dan agar Musa mau kembali pada mereka, mereka harus melemparkan perhiasan-perhiasan tsb ke dalam api.

Mereka pun percaya dengan hasutan Samiri. Para wanita-wanita Bani Israil lalu melemparkan perhiasan-perhiasan emas mereka ke dalam api. Dari emas yang terkumpul itu Samiri lalu membuat patung anak sapi. Dengan teknik khusus, ia membuat angin bisa masuk dan menimbulkan suara dari mulut patung itu sehingga seolah-olah patung itu dapat berbicara. Kemudian Samiri menyuruh Bani Israil untuk menyembahnya.

Nabi Harun Alaihissalam tidak berdaya menghadapi kaumnya yang kembali murtad itu. Ketika Nabi Musa Alaihissalam kembali, ia sangat marah dan bersedih hati melihat perilaku kaumnya. Mula-mula ia pun marah kepada Harun yang dianggapnya tidak bisa menjaga kaumnya dengan baik, namun setelah mendengar penjelasan dari Harun, ia pun tenang kembali. Ia mengusir Samiri dan menjelaskan pada kaumnya tentang perbuatan mereka yang salah. Sebagai hukuman, Samiri diberi kutukan oleh Allah, jika ia disentuh atau menyentuh manusia, maka badannya akan menjadi panas demam. Itulah azab Samiri di dunia, seumur hidupnya ia tidak bisa berhubungan dengan siapa pun.

Setelah Samiri pergi, Musa membakar patung anak sapi sembahan Bani Israil dan membuang abunya ke laut. Allah Subhanahu Wa Ta’ala kemudian memerintahkan Musa Alaihissalam agar membawa sekelompok kaumnya untuk memohon ampun atas dosa mereka menyembah patung anak sapi. Musa mengajak 70 orang terpilih dari Bani Israil ke Bukit Thursina. Setelah mereka berpuasa menyucikan diri, muncullah awan tebal di bukit itu. Nabi Musa Alaihissalam dan rombongannya memasuki awan gelap itu dan bersujud. Ketika bersujud, 70 orang itu mendengar percakapan antara Nabi Musa Alaihissalam dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Timbul keinginan mereka untuk melihat Zat Allah. Bahkan mereka menyatakan tidak akan beriman sebelum melihat-Nya. Seketika itu pula tubuh mereka tersambar halilintar hingga mereka pun tewas.

Nabi Musa Alaihissalam memohon agar kaumnya diampuni dan dihidupkan kembali. Maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala pun membangkitkan kembali 70 orang pengikut Musa itu. Musa lalu menyuruh mereka bersumpah untuk berpegang teguh pada kitab Taurat sebagai pedoman hidup, dan beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Cerita ini terdapat dalam Al Qur’an surat Al-A’râf: 149-155 dan Al-Baqarah: 55, 56, 63, 64.

Sapi Betina (Al Baqarah)

Suatu hari terjadi peristiwa pembunuhan di antara kaum Nabi Musa. Untuk mengetahui siapa pembunuh orang tsb, atas petunjuk Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Musa memerintahkan kaumnya untuk mencari seekor sapi betina. Dengan lidah sapi itu nantinya mayat yang terbunuh akan dipukul dan akan hidup lagi atas kehendak dan izin dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Kaum Bani Israil sebenarnya enggan melaksanakan perintah ini, karenanya mereka sangat cerewet dan banyak bertanya dengan harapan supaya Allah Subhanahu Wa Ta’ala akhirnya membatalkannya, sebagaimana dikisahkan dalam Al Qur’an surat Al-Baqarah: 67-71.

Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina. Mereka berkata: Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan? Musa menjawab: Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil. (QS. 2:67)

Mereka menjawab: Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami, agar dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu? Musa menjawab: Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan antara itu. Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. (QS. 2:68)

Mereka berkata: Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya. Musa menjawab: Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya. (QS. 2:69)

Mereka berkata: Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu). (QS. 2:70)

Musa berkata: Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya. Mereka berkata: Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya. Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. (QS. 2:71)

Nama surat Al-Baqarah yang berarti sapi betina diambil karena dalam surat ini terdapat kisah penyembelihan sapi betina.

Dapat dilihat pada ayat-ayat tsb bahwa sikap Bani Israil yang cerewet justru telah menyulitkan mereka sendiri. Seandainya ketika diperintahkan pertama kali mereka langsung melaksanakannya, tentulah mereka tidak akan repot, tetapi mereka malah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang rumit sehingga hampir saja mereka tidak dapat menemukan sapi sesuai ciri-ciri yang diterangkan oleh Musa.

Begitu sapi sudah diperoleh, mereka lalu menyembelihnya dan lidah sapi itu dipukulkan ke tubuh mayat orang yang terbunuh. Seketika itu ia menjadi hidup kembali dan menceritakan bahwa ia telah dibunuh oleh sepupunya sendiri.

Allah mengharamkan tanah Palestina bagi Bani Israil

Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan Nabi Musa Alaihissalam membawa kaumnya ke Palestina, tempat suci yang telah dijanjikan bagi Nabi Ibrahim Alaihissalam sebagai tempat tinggal anak cucunya. Bani Israil yang telah mendapat berbagai karunia dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah kaum yang keras kepala dan tidak bersyukur.

Sebelum mengajak kaumnya berhijrah, Musa mengutus perintis jalan untuk menyelidiki tentang penduduk penghuni Palestina. Ketika kembali, para perintis jalan itu mengabarkan bahwa tanah suci tsb dihuni oleh suku Kana’an yang kuat-kuat, dan kota-kotanya memiliki benteng yang kokoh. Mengetahui hal itu, merasa gentarlah Bani Israil dan tidak mau mematuhi perintah Musa untuk menyerang. Mereka hanya mau kesana jika suku itu telah disingkirkan terlebih dahulu.

Nabi Musa Alaihissalam sangat marah terhadap sikap kaumnya itu, karena sikap tsb mencerminkan bahwa mereka belum benar-benar beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, padahal Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berjanji bahwa dengan pertolongan-Nya mereka akan mampu mengalahkan suku Kana’an. Di antara Bani Israil itu, ada 2 orang bertakwa yang menasihati mereka agar masuk dari pintu kota supaya mereka bisa menang. Akan tetapi Bani Israil menolak nasihat itu dan melontarkan kepada Musa kalimat yang menunjukkan pembangkangan dan sifat pengecut, “Pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah, sementara kami menunggu di sini.”

Habislah kesabaran Musa. Ia lalu memanjatkan doa agar Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan putusan-Nya atas sikap kaumnya. Sebagai hukuman bagi Bani Israil yang menolak perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengharamkan wilayah Palestina selama 40 tahun bagi mereka. Mereka akan tersesat, padahal tanah yang dijanjikan sudah ada di depan mata. Selama itu mereka akan berkeliaran di muka bumi tanpa memiliki tempat bermukim yang tetap.

Hal ini dikisahkan dalam surat Al-Maidah: 20-26.

Pertemuan Musa dengan orang saleh

Pada suatu kesempatan berkhutbah di hadapan kaumnya, Nabi Musa Alaihissalam mengatakan bahwa dirinyalah yang paling pandai dan berpengetahuan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menegur sikapnya ini dan berfirman, “Sesungguhnya Aku mempunyai seorang hamba di tepi laut yang lebih pandai darimu.”

Berkatalah Musa, “Wahai Tuhanku, apa yang harus kuperbuat untuk bertemu dengannya?”
Allah berfirman, “Ambillah seekor ikan kecil dan letakkan di dalam keranjang. Dimanapun engkau kehilangan ikan itu, maka disitulah ia berada.”

Musa melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah kepadanya. Ia mengambil seekor ikan kecil, kemudian ia pergi dengan ditemani seorang sahayanya. Saat mereka tiba di pertemuan antara dua buah laut, mereka duduk sejenak untuk beristirahat. Tertidurlah mereka, sementara saat itu turun hujan sehingga ikan yang mereka bawa dapat melompat dan meluncur ke laut.

Sahaya Musa mengetahui hal ini, namun ia lupa memberitahukannya kepada Musa. Mereka terus melanjutkan perjalanan. Ketika mereka merasa lapar dan hendak makan, saat itulah sahaya Musa teringat akan ikan yang hilang itu, maka ia pun memberitahu Musa. Mendengar itu Musa sangat gembira. “Inilah yang kita cari. Mari kita kembali untuk mengikuti jejak dimana ikan itu hilang.”

Belum sampai di tempat yang dituju, Musa telah bertemu dengan orang yang dimaksud. Hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang saleh itu dikenal dengan nama Nabi Khidir Alaihissalam. Nabi Musa Alaihissalam yang ingin belajar dari hamba-Nya yang saleh itu meminta agar diizinkan mengikuti Nabi Khidir. Nabi Khidir menjawab bahwa ia tidak akan dapat sabar atas keikutsertaannya, karena ia akan melihat tindakan-tindakan yang bertentangan dengan syariatnya. Namun Musa berkata bahwa ia akan bersabar dan tidak akan menentang urusan Nabi Khidir. Akhirnya Nabi Khidir mengizinkan Musa untuk mengikutinya, namun dengan syarat bahwa Musa tidak boleh mempertanyakan tindakan-tindakan yang akan dilakukannya, karena pada akhirnya ia akan menceritakan rahasia di balik tindakan-tindakannya itu.

Pergilah Musa bersama Nabi Khidir menyusuri tepi laut. Tiba-tiba lewat di depan mereka sebuah kapal, maka keduanya meminta kepada penumpang-penumpangnya untuk mengangkut mereka. Mereka diizinkan menumpang, lalu keduanya pun naik ke kapal itu. Saat para penumpang lengah, Nabi Khidir melubangi dinding kapal yang terbuat dari kayu itu sedemikian rupa sehingga kerusakannya akan mudah untuk diperbaiki. Musa yang melihat kejadian ini merasa ngeri dan tanpa sadar ia lupa dengan perjanjiannya untuk tidak mengajukan pertanyaan apa pun, maka ia pun berkata, “Apakah engkau merusak kapal orang-orang yang telah menghormati kita? Engkau telah melakukan sesuatu yang tercela.”

Nabi Khidir mengingatkan kepada Musa akan perjanjian mereka, maka sadarlah Musa, ia meminta supaya jangan dihukum atas kelupaannya ini. Keduanya lalu meneruskan perjalanan dan bertemu dengan seorang anak yang sedang bermain bersama kawan-kawannya. Nabi Khidir lalu membujuk anak itu ikut dengannya dan membawanya ke tempat yang agak jauh dari teman-temannya, lalu ia membunuhnya. Panas hati Musa melihat perbuatan yang keji ini sehingga dengan marah ia berkata, “Apakah engkau membunuh jiwa yang suci bersih tanpa dosa? Engkau telah berbuat sesuatu yang mungkar.”

Nabi Khidir kembali mengingatkan Musa akan syarat yang berlaku antara keduanya. Musa menyesal atas ketidaksabarannya. Ia pun berkata, “Jika setelah ini aku bertanya lagi kepadamu, maka janganlah menemani aku, karena sudah cukup alasan bagiku untuk berpisah denganmu.”

Kemudian keduanya pun meneruskan perjalanan kembali. Saat merasa haus dan lapar, masuklah mereka ke sebuah desa. Mereka meminta kepada penghuninya supaya bersedia memberi mereka makan dan menjadikan mereka sebagai tamu, namun permintaan mereka ini ditolak dengan kasar oleh penghuni desa tsb.

Dalam perjalanan pulang, mereka mendapati sebuah dinding yang hampir roboh. Nabi Khidir lalu memperbaiki dinding yang roboh itu dan mendirikan bangunannya. Melihat ini, Musa tidak tahan lalu bertanya, “Apakah engkau mau membalas orang-orang yang telah mengusir kita dengan memperbaiki dinding rumah mereka? Andaikata engkau kehendaki, engkau bisa meminta upah atas pekerjaanmu untuk membeli makanan.”

Dengan timbulnya pertanyaan Musa ini, maka berpisahlah ia dengan Nabi Khidir. Namun sebelum berpisah, Nabi Khidir menjelaskan rahasia-rahasia perbuatannya. Ia berkata, “Mengenai kapal yang aku lubangi dindingnya, itu adalah kepunyaan beberapa orang miskin yang tidak punya harta selain itu, dan aku mengetahui bahwa ada seorang raja yang suka merampas setiap kapal yang baik dari pemiliknya. Sebab itu aku merusaknya sedikit supaya nantinya mudah diperbaiki lagi, dan bila raja melihatnya ia pun menduga kapal itu adalah kapal yang buruk sehingga ia akan membiarkannya pada pemiliknya dan selamatlah kapal itu pada mereka.

Mengenai anak kecil yang aku bunuh, ia adalah seorang anak yang menampakkan tanda-tanda kerusakan sejak kecil, sedang kedua orangtuanya adalah orang-orang yang beriman dan saleh. Aku khawatir rasa kasih sayang orangtua terhadap anaknya akan membuat mereka menyeleweng dari kesalehan mereka dan menjerumuskannya ke dalam kekafiran dan kesombongan, maka aku pun membunuhnya untuk menenangkan kedua orangtua yang beriman ini, dan anak yang jahat itu semoga akan diberi gantinya oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan anak yang lebih baik dan lebih berbakti serta lebih sayang kepada kedua orangtuanya.

Adapun dinding rumah yang kudirikan, itu adalah milik dua anak yatim di kota itu yang di bawahnya terdapat harta terpendam kepunyaan mereka, dan ayah mereka adalah seorang yang saleh. Maka Tuhanmu yang Maha Pemurah ingin menjaga harta itu bagi mereka sampai mereka dewasa dan mengeluarkannya.

Semua yang kuperbuat itu bukanlah atas usahaku, melainkan itu adalah wahyu dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dan inilah penjelasan dari kejadian-kejadian yang mana engkau tidak bisa bersabar.”

Kisah pertemuan Nabi Musa Alaihissalam dan Nabi Khidir Alaihissalam ini terdapat dalam surat Al-Kahfi: 60-82.

Kisah Qarun dan hartanya

Tersebutlah seorang pengikut Nabi Musa Alaihissalam yang sangat kaya, yang bernama Qarun. Meskipun sangat kaya, namun ia tidak mau menyedekahkan hartanya bagi fakir miskin. Nasihat-nasihat Nabi Musa Alaihissalam tidak dipedulikannya, bahkan ia mengejek dan memfitnah Nabi Musa Alaihissalam.

Guna memberi pelajaran pada Qarun dan memberi contoh pada kaumnya, Musa memanjatkan doa agar Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkan azabnya pada diri hartawan itu. Allah Subhanahu Wa Ta’ala lalu memberi azab dengan menguburkan semua harta kekayaan beserta diri Qarun melalui bencana tanah longsor yang dahsyat.

Kisah Qarun dan hartanya ini terdapat dalam surat Al-Qasas: 76-82.

Larangan hari sabath

Sesuai dengan syariat dalam Taurat, Nabi Musa menentukan hari Sabtu sebagai hari untuk berkumpul dan beribadah. Pada hari itu kaum Bani Israil dilarang untuk melakukan usaha apa pun, termasuk berniaga dan mencari ikan. Namun pada hari Sabtu tsb justru ikan-ikan sangat banyak terlihat di laut.

Sesungguhnya ini merupakan kehendak Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji keimanan dan ketaatan Bani Israil. Ternyata mereka tidak tahan dengan ujian ini dan melanggar larangan hari Sabath, oleh sebab itu Allah kemudian mengutuk sebagian mereka menjadi kera.

Hal ini disebutkan dalam surat Al-Baqarah: 65 dan Al-A’râf: 166.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes